Laras kembali dirawat di rumah sakit karena kondisinya yang semakin memburuk. Reza kembali harus meninggalkan Tiara di ruang rawatnya karena kondisi Laras. Tapi Reza tidak memiliki pilihan lain.
"Tiara mana, Mas? Aku ingin bicara dengannya," tanya Laras setelah rasa sakit di kepalanya sedikit mereda dan kini ia juga telah terbaring di ruang rawat rumah sakit.
"Dia ada di ruangannya, Ras," jawab Reza pelan, "kamu istirahat saja dulu! Jangan memikirkan banyak hal yang malah akan memperburuk kondisi kamu."
"Aku di sini, Mbak. Mbak Laras mencariku?" tanya Tiara yang baru saja masuk bersama Tiwi yang mendorong kursi rodanya karena Tiara masih merasa begitu lemah.
"Kemarilah, Ra!" pinta Laras. Tiwi pun membawa Tiara mendekat pada Laras, "mbak ingin meminta sesuatu sama kamu, boleh?"
"Mbak ingin minta apa dariku?" tanya Tiara sambil menggenggam tangan kiri Laras.
"Berpisah dengan mas Reza, kamu mau kan, Ra?" tanya Laras sambil menangis. Senyum yang awalnya terukir di bibir Tiara lenyap begitu saja saat mendengar permintaan Laras. Tiara langsung melepaskan genggaman tangannya pada Laras. Semua orang yang hadir di dalam ruangan itu menatap Laras tidak percaya.
Tiara tersenyum hambar, "jangan memintanya padaku, mbak. Tapi mintalah pada suamiku yang saat ini juga ada di hadapan mbak Laras." Hanya satu kalimat itu yang bisa Tiara lontarkan untuk menjawab permintaan Laras.
"Kamu gila ya, Ras? Setelah apa yang telah Tiara lakukan untuk kamu, tapi kamu masih memintaku untuk menceraikannya? Aku tidak akan pernah melakukannya! Jangan memanfaatkan sakitmu ini untuk menekanku!" geram Reza.
"Apa susahnya jika menceraikan dia?" sahut Atika.
"Astaga, aku tidak menyangka mbak bisa berkata seperti ini, ibu dan anak sama saja," cibir Sania.
"Ibu, mama. Laras mohon jangan berkomentar atau ikut campur dalam masalah kami bertiga. Cukup kalian menonton saja!" seru Laras.
"Jika mbak mencariku hanya ingin mengatakan hal ini, mbak sendiri sudah mendengar jawabannya. Yang bisa membuat pernikahan kami berakhir itu hanya mas Reza, jika mas Reza saja tidak berniat mentalakku, maka aku tidak bisa memenuhi keinginan mbak yang satu ini. Maafkan aku, Mbak. Aku permisi, mbak. Butiw, kita kembali saja!" Tiwi menganggukkan kepalanya menyetujui keinginan Tiara.
"Tunggu, Ra! Mbak belum selesai bicara denganmu," cegah Laras. Tiara pun kembali memandang Laras yang sudah menggapaikan tangannya pada Tiara. Awalnya Tiara enggan meraih tangan Laras yang menggapai padanya, tapi pertahanannya runtuh saat Laras terus memanggil namanya sambil menangis. Tiara pun kembali menggenggam tangan Laras.
"Mbak, tidak bisakah kita berdamai saja? Kita jalani hidup kita sama-sama. Aku yakin mas Reza pasti bisa adil asalkan kita berdua juga sama-sama ikhlas dan saling mendukung. Aku tahu hidup bermadu itu tidak ada enaknya, tapi kita sudah terlanjur terjebak di dalamnya. Jangan sampai kita menempuh jalan yang salah hanya karena keegoisan kita semata," bujuk Tiara.
"Aku sudah menduganya baik kamu ataupun mas Reza tidak akan pernah mau berpisah. Ra, setelah aku keluar dari rumah sakit aku ingin ikut ibuku ke Belanda, aku ingin berobat saja di sana. Untuk itu, aku ingin menitipkan anakku padamu. Dalam perlindungan dan didikanmu, aku yakin anakku itu akan tumbuh menjadi anak yang baik dan membanggakan keluarganya," Laras menghela napasnya berat, "aku juga akan melepaskan mas Reza setelah ini. Saat aku pergi ke Belanda, aku tidak ingin berdosa karena lari dari kewajibanku sebagai seorang istri, dan aku juga tidak ingin membuat mas Reza berdosa karena tidak bisa menemaniku di sana sebagai seorang suami. Jika kami bukan suami istri lagi, maka kami sama-sama akan lepas dari dosa ini."

KAMU SEDANG MEMBACA
Sekilau Mutiara
RomansHighest rank 20 November 2020 #10 in Percintaan #1 in pengorbanan #1 in syahadat #1 in pelecehan seksual #1 in istrikedua #2 in poligami #8 in rohani #89 in roman "Asyhadu allaa ilaaha illallaahu, wa asyhaduanna muhammadar rasuulullah." Syahadat ini...