"Tiara," sapa Laras yang berdiri dengan bantuan tongkatnya, di luar kamar Tiara. Laras melihat Tiara yang sedang sibuk dengan beberapa kertas dan kartu undangan acara launching toko kuenya. Tiara menoleh saat mendengar seseorang memanggil namanya.
"Mbak Laras," balas Tiara menyapa lalu berdiri dan menghampiri Laras, "ayo masuk, Mbak!" ajak Tiara sambil membantu menuntun Laras berjalan perlahan masuk ke dalam kamarnya dan membantunya duduk di sofa yang ada di dalam kamarnya.
"Kamu sedang sibuk ya?" tanya Laras.
"Gak juga, Mbak. Hanya memeriksa beberapa surat, menu dan juga undangan untuk acara hari minggu nanti," jawab Tiara tersenyum, "mbak Laras kemari ingin aku melakukan sesuatu untuk mbak Laras?"
Laras menggelengkan kepalanya, "aku sedang bosan sendiri. Gak masalah kan jika aku kemari untuk ngobrol sama kamu?"
"Kalau aku ya gak masalah, Mbak," jawab Tiara tersenyum.
"Boleh aku membantumu, Ra?"
"Mbak Laras mau bantu aku?" tanya Tiara yang langsung dibalas anggukan kepala oleh Laras. "Tentu saja boleh, dengan senang hati," lanjut Tiara.
"Daripada aku tidak punya kegiatan, mas Reza juga belum pulang."
Tiara melihat ke arah jam dinding, "baru jam tujuh, Mbak. Paling sebentar lagi pulang," cetus Tiara tanpa sadar.
"Sepertinya kamu sangat hapal dengan jadwalnya." Laras menatap Tiara.
"Aku hapal jadwal semua orang, Mbak. Papa jika tidak ada meeting penting, jam lima sore sudah sampai di rumah, kalau mama Sania selalu pulang jam tiga sore. Mbak Aira kadang jam tiga kadang jam empat, Marsya selalu pulang jam empat jika tidak ada acara dengan temannya, sedangkan mas Reza, mas Arif dan mas Raka, mereka akan pulang jam delapan malam. Paling cepat mereka akan sampai di rumah itu magrib," jelas Tiara mengelak.
"Aku saja tidak pernah mengingat jadwal siapapun."
"Bagaimana menurut mbak desain menunya?" tanya Tiara mencoba mengalihkan pembicaraan mereka.
"Aku suka desainnya, kamu yang desain sendiri?"
"Gak lah, Mbak. Mana bisa aku yang beginian. Ini hasil desain Marsya."
"Oo Marsya, cantik desainnya. Elegant dipandang." Mereka sama-sama tersenyum dan kembali melanjutkan memeriksa daftar undangan, "uwwweeekkk ...," Laras yang tiba-tiba merasa mual membuat Tiara terkejut sekaligus cemas memandang Laras.
"Mbak sakit? Kalau mbak sakit udah gak papa gak usah bantuin aku! Nanti aku dimarahin mas Reza kalau mbak sakit," seru Tiara sambil mengusap lembut punggung Laras.
"Aku baik-baik saja, Tiara. Biasalah, orang yang sedang hamil kebanyakan merasakan mual sama sepertiku barusan. Kamu juga nanti akan merasakannya saat kamu sudah menikah dan akan punya anak nanti," jelas Laras, membuat Tiara menghentikan usapan tangannya pada punggung Laras.
"Mbak hamil?" tanya Tiara dengan tatapan terkejut.
"Kenapa kamu terlihat kaget begitu? Bukankah hal yang wajar jika aku hamil? Meskipun keadaanku begini, mas Reza selalu memperlakukanku dengan baik dan dia selalu romantis membuatku tidak pernah bisa menolaknya," ungkap Laras dengan raut wajah malu.
Tiara tersenyum kaku, jemarinya meremas gamis yang ia kenakan, "selamat mbak. Akhirnya Habib akan punya adik," ucap Tiara, "mas Reza pasti sangat senang mengetahui kehamilan mbak ini."

KAMU SEDANG MEMBACA
Sekilau Mutiara
Roman d'amourHighest rank 20 November 2020 #10 in Percintaan #1 in pengorbanan #1 in syahadat #1 in pelecehan seksual #1 in istrikedua #2 in poligami #8 in rohani #89 in roman "Asyhadu allaa ilaaha illallaahu, wa asyhaduanna muhammadar rasuulullah." Syahadat ini...