Tiara turun dari lantai atas ke lantai bawah diikuti oleh Raka yang membantunya membawa kopernya. Semua keluarga sudah berkumpul di bawah menunggunya. Sedangkan Marsya berlari menyusulnya hingga ke bawah. Tiara memandang mereka satu persatu silih berganti, meski baru beberapa bulan mereka bersama tetapi hatinya terasa berat untuk melangkah pergi dari rumah itu.
Maafkan aku semuanya. Aku hanya tidak ingin menjadi orang ketiga dalam rumah tangga mas Reza dan mbak Laras. Aku hanya tidak ingin semua orang menganggapku seorang pelakor dan aku juga tidak ingin menjadi dosa jariyah untuk orang tuaku karena aku merusak rumah tangga orang dengan sadar. Gumam Tiara dalam hatinya.
"Kamu yakin mau pergi ke Bangka, Nak?" tanya Salman.
"Yakin, Pa. Lagian aku juga sudah lama tidak pergi ke sana," jawab Tiara.
"Tapi kamu ke sananya gak lama kan? Kamu pasti cepat pulang ke sini lagi kan, Ra?" tanya Tiwi.
"Belum tahu, Butiw. Aku belum memikirkan seberapa lama aku akan berada di sana," jawab Tiara tersenyum hambar. Mungkin saja aku tidak akan pernah kembali. Maafkan aku pergi dengan cara seperti ini. Batin Tiara kembali.
"Kamu sudah izin sama Reza belum?" tanya Sania terdengar ketus.
"Sudah, Ma. Mas Reza sudah tahu," bohong Tiara.
"Termasuk kak Raka yang akan mengantar kamu ke bandara juga kak Reza sudah tahu?" sahut Marsya dari belakang Tiara dan Raka.
"Aku tadi sudah menelponnya," jawab Raka yang dibalas tatapan tidak suka dari Marsya.
"Mengapa aku tidak yakin melihatmu?" ujar Arif yang mulai bersuara sambil memandang Raka.
"Kenapa denganku? Kalau kakak tidak percaya aku akan mengantarkan Tiara selamat hingga ke bandara, ya kakak ikut saja!" tukas Raka kesal.
"Sudah! Jangan curiga sama adik sendiri!" seru Aira.
"Iya Rif. Tante percaya sama adik kamu ini. Kalaupun dia sampai macam-macam sama Tiara, sebelum orang lain tante duluan yang akan menggorok lehernya," timpal Tiwi.
"Ada apa dengan semua orang di rumah ini? Mengapa semuanya meragukanku? Tiara saja percaya padaku," ucap Raka percaya diri.
"Pa, butiw, ma, kak Aira, mas Arif, Marsya, aku pamit dulu ya. Maaf jika selama ini aku selalu menyusahkan kalian,"
"Ngomong apa kamu ini? Kayak gak bakal ketemu lagi aja," ucap Tiwi tidak suka, "hati-hati di jalan ya, Nak. Beri kabar kalau sudah sampai di sana. Dan ingat! Segera kembali jika urusanmu di sana sudah selesai."
Tiara mencium tangan Tiwi kemudian memeluknya, "aku pasti akan sangat merindukan butiw."
"Jika tidak ingin rindu maka cepat kembali!" seru Tiwi.
Tiara pun tersenyum kemudian beralih pada Salman, Sania, Aira, Arif dan juga Marsya untuk berpamitan.
"Raka, jika kamu melakukan sesuatu yang tidak benar, maka jangan harap kamu bisa menginjakkan kaki kamu ke rumah ini lagi!" ancam Sania.
"Iya, Ma," jawab Raka singkat.
"Assalammualaikum," pamit Tiara.
"Waalaikumsalam," jawab mereka semua.
Tiara dan Raka pun keluar dari rumah dan langsung menuju ke mobil Raka. Setelah Raka memasukkan koper Tiara ke dalam bagasi mobilnya, Raka pun mengikuti Tiara yang telah masuk ke dalam mobilnya terlebih dulu.

KAMU SEDANG MEMBACA
Sekilau Mutiara
RomanceHighest rank 20 November 2020 #10 in Percintaan #1 in pengorbanan #1 in syahadat #1 in pelecehan seksual #1 in istrikedua #2 in poligami #8 in rohani #89 in roman "Asyhadu allaa ilaaha illallaahu, wa asyhaduanna muhammadar rasuulullah." Syahadat ini...