SM - 40

13.2K 580 111
                                    

"Ara, bangun sayang! Jangan pejamkan matamu, bangun, Ra!!" tangis Reza semakin pecah saat melihat mata Tiara terpejam dan Tiara sudah tidak merespon sentuhan dan panggilan Reza lagi.

Reza langsung menggendong Tiara keluar dari rumah dan meminta supir di rumah mereka untuk segera menyiapkan mobil. Saat Sania membantu Reza membukakan pintu rumah mereka, nampaklah ibunya Laras yang baru saja hendak mengetuk pintu. Ia begitu terkejut saat melihat wajah Sania yang begitu panik dan Reza yang tengah menggendong Tiara yang sedang tidak sadarkan diri.

"Mbak Tika," sapa Sania terkejut melihat Atika yang sedang berdiri di depan pintu, kemudian pandangannya kembali beralih pada Reza dan Tiara, "awas hati-hati, Nak!" seru Sania. Reza melewati Atika begitu saja, tanpa menyapanya. Karena terlalu mencemaskan Tiara dan dalam benaknya ingin segera sampai di rumah sakit, ia tidak menyadari bahwa ia telah mengabaikan kedatangan ibu mertuanya.

"Maaf mbak, kami harus pergi sekarang. Mbak masuk saja! Laras ada di dalam," ungkap Sania lalu mengikuti Reza masuk ke dalam mobil.

Atika menatap mobil itu yang melaju semakin menjauhi rumah, meninggalkan tanda tanya besar dalam benak Atika. Tidak ingin membuang waktu, ia pun segera masuk dan berniat mencari Laras untuk bertanya apa yang sedang terjadi.

"Laras!" teriak Atika memanggil Laras sambil terus masuk menelusuri rumah itu. Langkahnya terhenti saat ia melihat Laras yang sedang terduduk di ujung anak tangga. Rasa cemas Atika semakin bertambah saat melihat Laras menangis, matanya juga menangkap cucunya juga sedang duduk menangis bersandar pada dinding dekat tangga bagian atas.

"Ada apa ini, Laras? Mengapa kalian menangis? Apa yang terjadi?" tanya Atika sambil membingkai wajah Laras yang banjir dengan airmata. Laras tidak menjawab pertanyaan ibunya, hanya airmatanya yang terus mengalir.

"Jawab ibu, Laras! Katakan, apa yang sebenarnya terjadi? Jangan takut, Nak! Ibu di sini akan selalu mendukungmu," desak Atika.

"Aku ..., a ..., aku ...,"

"Kamu kenapa?"

"Aku ..., tidak sengaja membuatnya jatuh, Ibu," ungkap Laras lalu menghambur ke dalam pelukan Atika.

"Iya sayang, ibu percaya kamu tidak sengaja melakukannya. Tenangkan dirimu ya!" Atika mengusap lembut kepala Laras, kemudian ia beranjak naik ke atas menghampiri Habib.

"Cucu oma sayang, kamu kenapa menangis?" tanya Atika lembut sambil menghapus air mata Habib.

"Mama Laras marahin aku dan mama Tiara, terus mama Tiara jatuh dan berdarah. Mama Tiara langsung tidur terus digendong papa pergi. Mama Tiara dibawa kemana oma? Mengapa mama Tiara berdarah?" Habib terus menangis. Atika membawa Habib ke dalam pelukannya.

"Mama Tiara gak kenapa-kenapa sayang. Mama Tiara sekarang sedang dibawa ke rumah sakit," jawab Atika mencoba menenangkan Habib.

"Rumah sakit? Apa mama Tiara akan tidur seperti mama Laras dulu? Mama Tiara sudah berjanji padaku oma kalau mama Tiara tidak akan meninggalkanku dan tinggal di rumah sakit."

"Kita ke bawah yuk! Kita duduk dekat mama Laras, kan ada mama Laras di sini."

Habib menggelengkan kepalanya, "aku takut oma, mama Laras marah-marah terus," ungkap Habib, lalu beranjak dari tempat duduknya dan berlari menuju ke kamarnya.

"Habib!" teriak Atika namun tidak dihiraukan oleh Habib. Atika menghela napasnya kasar lalu kembali menghampiri Laras.

"Apa yang kamu lakukan pada anakmu? Harusnya kamu membuatnya menjadi lebih dekat denganmu, bukan malah membuatnya takut padamu," kesal Atika.

"Ibu, bawa aku ke rumah sakit, Bu! Aku ingin melihat kondisi Tiara," pinta Laras.

"Kamu sudah gila ya? Ibu menyuruh kamu untuk memperhatikan anak kamu, tapi kamu ...,"

Sekilau MutiaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang