SM - 33

10K 500 46
                                    

Dinginnya cuaca subuh hari membuat Tiara semakin mengeratkan selimutnya dan memeluk bantal gulingnya erat. Reza tersenyum mengamati Tiara yang hanya menggeliat sebentar kemudian kembali terlelap. Tangannya terangkat untuk merapikan anak rambut yang menutupi kelopak mata Tiara. Membelai lembut wajah itu sejenak kemudian kembali menyentuh bibir merah muda Tiara dengan bibirnya untuk sepersekian detik. Perlahan Tiara membuka matanya, menampilkan suaminya yang sedang tersenyum menatapnya. Tiara menarik selimutnya hingga menutupi semua bagian kepalanya.

"Apakah ini cara barumu untuk membangunkanku, Mas?" tanya Tiara dari balik selimutnya.

Reza menarik selimut yang menutupi kepala Tiara, "Bisa jadi lebih dari itu," goda Reza tersenyum.

"Jam berapa sekarang, Mas?"

"Empat lima puluh. Subuh dulu yuk sayang!" ajak Reza sambil mengusap lembut wajah Tiara, "ayo bangun istriku yang cantik!"

"Cantik apanya, Mas? Jika kamu ingin melihat kejelekanku yang hakiki ya saat bangun tidur begini. Jadi tidak perlu berbohong hanya untuk menyenangkan hatiku, Mas," ucap Tiara setelah mengambil posisi duduk.

Reza tertawa mendengar ucapan Tiara, "mendengarmu mengatakan ini membuat mas seperti sedang melihat murid mas enam tahun yang lalu. Polos, terlalu jujur, konyol dan menggemaskan."

"Aku tahu murid yang kamu maksud itu adalah aku, Mas. Murid yang selalu cantik dan merindukan," ucap Tiara tersenyum dengan rasa percaya dirinya yang begitu tinggi, kemudian ia berlalu masuk ke dalam kamar mandi meninggalkan Reza yang masih menatapnya sambil tersenyum tidak percaya bahwa Tiara akan mengatakan semua itu.

Aku semalam hanya menciummu, apa sebegitu berdampaknya hingga membuat rasa percaya dirimu menjadi setinggi ini? Batin Reza sambil senyum-senyum sendiri dan sesekali menggelengkan kepalanya.

Mereka pun menunaikan sholat subuh berjamaah. Seperti biasa setelah selesai sholat, Tiara selalu mencium tangan Reza.

"Oh iya mas, aku baru sadar. Subuh ini kamu gak ke masjid?" tanya Tiara penasaran.

"Pas mas bangun tadi udah adzan, Ra. Jadi mas piker sholat di rumah saja bareng kamu," jawab Reza. Tiara menganggukkan kepalanya kemudian melepaskan mukenanya, saat ia hendak beranjak dari sana, Reza menahan tangan Tiara.

"Ada apa, Mas?" tanya Tiara bingung.

"Maafkan mas ya, Ra. Mas terlalu sering di rumah sakit dan mengabaikanmu di rumah."

"Aku yang mencium tanganmu, tapi kamu yang malah meminta maaf padaku," ledek Tiara.

"Mas merasa sangat bersalah karena belum bisa bersikap adil."

"Ini bukan soal adil, Mas. Tapi mbak Laras memang sedang membutuhkan kamu. Aku mengerti soal itu. Aku yakin mbak Laras juga pasti akan melakukan hal yang sama sepertiku jika aku saat ini yang berada di posisinya," ucap Tiara tersenyum.

"Kita ziarah ke makam orang tua kamu yuk hari ini!" ajak Reza.

"Aku setuju jika kita ingin ke sana. Tapi kamu kan harus kembali ke rumah sakit. Jangan membuat aku semakin menjadi istri kedua yang jahat, Mas!"

"Kita akan ke rumah sakit setelah kita selesai ziarah ya."

"Tapi, Mas ...,"

"Ara." Reza menatap Tiara.

"Oke baiklah sayangku. Sesuai keinginanmu," ucap Tiara pasrah, lalu menarik hidung Reza pelan. Setidaknya ia sudah mencoba mengingatkan Reza pada tanggung jawabnya yang lain.

Sekilau MutiaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang