Hanin duduk di dekat UKS, ia menunggu Jaerell yang katanya mau mengantarkan ia pulang. Hanin sibuk melihat line-nya tanpa sadar ia melihat chat dirinya dan Kevin yang sudah 4 tahun tidak dihapus, tanpa sengaja pula Hanin memencet room chat dirinya dengan Kevin hingga membuat Hanin membaca kembali pesan-pesan tertimbun itu, manisnya sikap Kevin dulu sama seperti manisnya sikap Jaerell sekarang padanya, tetapi Jaerell itu tipe orang yang manja, penurut dan lemah lembut sedangkan Kevin sikapnya lebih dewasa, mandiri, hanya saja sedikit kasar kalau sudah emosi.
Walaupun membaca kembali pesan manis itu, hati Hanin tidak lagi merasakan manis seperti pesan-pesannya dengan Kevin dulu, dirinya malah merasa biasa saja seperti tidak ada rasa lagi, tidak hampa, tidak kosong, dan tidak manis lagi, benar benar tidak ada apapun lagi.
Ia telah menemukan jawabannya, ternyata ia hanya mengagumi Kevin saja.
"HALOO HANIN."
"Astaghfirullah," gumam Hanin sambil menyembunyikan handphone-nya ke dalam tas yang ia pangku.
"Sendirian aja, mana Jaerell?" tanya pria bernama Juna itu.
"Katanya tadi ke ruang musik dulu bentar," jawab Hanin.
"Ohh gitu ... Boleh ya aku duduk sini?" tanya Juna pada Hanin.
"Iya boleh," jawab Hanin dengan senyum tipis.
Juna segera duduk dekat Hanin namun dengan jarak sekitar 3 kilan dari Hanin supaya gadis itu tidak risih. "Hari ini nggak eskul, kok dia ke ruang musik," celetuk Juna.
"Mungkin ngecek alat musik lengkap apa nggak, hari sabtu setelah tryout 'kan gladi kotor."
"Apa iya? Gladi kotor setelah try out, seminggu ke depan anak 12 ipa 'kan ya try out duluan? Habis itu minggu kedepannya lagi baru 12 ips iya 'kan?"
"Iyaa baru nanti gladi kotor."
"Gladi bersih kapan?" tanya Juna.
"Lho? Bukannya Juna osis? Kok nanya Hanin," ucap Hanin sambil terkekeh kecil.
"Nggak ikut rapat ... soalnya Juna dihukum pas gak ngerjain tugas," kekeh Juna. Hanin hanya menggeleng-gelengkan kepalanya.
Tidak lama itu datanglah Jaerell dengan Emma di sampingnya, Hanin yang tidak sengaja melihat mereka yang berjalan seperti berjarak dan Emma tidak sengaja melihat Hanin juga pun langsung saja mendekat ke arah Jaerell dan bergelayut manja.
Jaerell yang sangat tidak suka dipegang pegang menghempaskan tangan Emma namun sayangnya saat Jaerell menghempaskan tangan Emma, Hanin tidak melihatnya.
"Hanin mau pulang 'kan?" tanya Juna hati-hati.
"I-iya," jawab Hanin dan sedikit tersenyum walaupun agak kaku.
"Bareng aku aja, kebetulan aku mau ke rumah sepupu aku di sana," ucap Juna lembut.
"Tapi aku udah janji sama Jaerell," jawab Hanin.
"Iya sih hehehe, yaudah aku tungguin aja sampe kamu bener pulang diantar Jaerell," ucap Juna sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Hanin hanya menganggukkan kepalanya.
© © ©
Jaerell dan Emma sudah ada di hadapan Juna dan Hanin, Emma menatap Hanin dengan sengit sedangkan Jaerell terlihat bahagia. Juna hanya diam menahan suasana kecemburuan Emma dan kecemburuan dirinya sendiri.
"Maaf ya kamu lama nungguin aku," ucap Jaerell lembut pada Hanin.
"Hah? Iya gapapa santai aja, lagian ada Juna tadi nemenin," ucap Hanin yang sudah merasa baikan karena melihat senyum Jaerell, Emma memutar bola matanya malas.
"Thanks Nana," ucap Jaerell sambil menepuk bahu sohib-nya itu.
"Trus aku pulang sama siapa?" tanya Emma cemberut.
"Sama Gabriell 'lah," celetuk Jaerell.
"K-kok sama Riell?" tanya Emma gugup.
"Lah bukannya dia pacar lo? Atau cuman pelampiasan lo aja?" sindir Jaerell.
"H-hah? A-apaan sih aneh-aneh aja kamu," ucap Emma seperti menyembunyikan sesuatu.
"Emm, baik-baik ya sama Gabriell, semoga langgeng ... mending lo sama Gabriell aja dia royal soalnya," ucap Jaerell santai tanpa rasa kecewa sedikitpun.
"Oh ya gua nggak peduli lo setuju atau nggak tapi mulai detik ini kita nggak ada apa-apa lagi, hubungan kita cukup sampe sini aja, gua muak pura-pura baik depan lo."
"J-jae ka-kamu putusin a-ku?" tanya Emma dengan linangan air mata.
"Iyalah, setuju nggak setuju kita putus, Hanin sama Juna saksinya, jangan berani macem-macem dan jangan berani ngomong yang nggak-nggak tentang Hanin"
"Kalo gua sampe tau lo fitnah Hanin dan celakain Hanin, jangan berharap lo bisa lepas dan bebas gitu aja," lanjut Jaerell. Kemudian ia tanpa sengaja menggenggam tangan Hanin. Juna melambaikan tangannya pada Emma dengan wajah mengejek, mereka benar-benar pergi meninggalkan Emma sendirian dengan air mata buaya-nya.