Tiba saatnya jam pulang sekolah, Hanin bersiap memberesi buku dan alat tulisnya begitu pula dengan zahwa.
Azhel menepuk bahu Hanin dari samping. "Latihan nggak?" tanya Azhel.
"Nggak, aku izin dulu mau belajar buat Try Out," jawab Hanin dengan senyum tipis, Azhel mengangguk pelan.
Sesuai janjinya Hanin pergi menuju aula, ia sudah berjanji dengan Jaerell untuk belajar bersama lagi menyelesaikan soal-soal yang tadi belum sempat terjawab oleh Jaerell. Namun tiada angin, badan, tsunami maupun gempa, Hanin tidak sengaja bertemu lagi dengan Kevin. Hanin segera berbalik ke belakang dan berjalan secepat mungkin supaya Kevin tidak melihatnya, sungguh ia sangat menghindari Kevin.
Hanin berbelok ke kanan ke arah dapur, namun tanpa sengaja ia melihat Jaerell sedang berdua dengan Emma.
Hanin mematung di tempat, ia benar benar tidak bisa bergerak sama sekali, tubuhnya tiba-tiba kaku dan hanya melihat pemandangan di depannya yang sangat merobek hatinya . Hanin bukan melihat sebuah ciuman hangat namun ia melihat Emma yang menggenggam tangan Jaerell, walaupun jaerell tidak menggenggam balik tangan Emma.
"Hanin," tegur Kevin yang berdiri di belakangnya, detik itu juga Jaerell dan Emma berbalik, Jaerell segera melepaskan genggaman tangan Emma. Kevin tidak heran sama sekali, karena Emma sudah cerita kalau Jaerell adalah pacarnya.
"Jalan yuk Han," cetus Kevin spontan.
Hanin tidak membalas pertanyaan Kevin, ia tetap menatap dua manusia yang berdiri tidak jauh di hadapannya, Emma tersenyum smirk ke arah Hanin.
Jaerell yang jantungnya sudah berdegup kencang mulai was-was dan bingung apa yang harus ia lakukan sekarang. "Ya tuhan, tolong putar waktu sebentar saja," ucap Jaerell dalam hati dengan keringat dingin yang perlahan mengucur mengitari tubuhnya.
"Ayo sayang," ucap Emma lalu menarik Jaerell untuk pergi.
Jaerell hanya bisa diam dan tidak berkutik saat Emma menariknyayang entah mau membawanya kemana.