||49||

368 35 3
                                    

Ngomong-ngomong soal Juna, lelaki itu belum lulus juga padahal Juna itu tidak kalah pintarnya, ia sangat aktif dalam organisasi di kampus yang mungkin saja membuat skripsi dan tugasnya belum selesai. Tetapi lelaki itu sedang ada di Jakarta sekarang, katanya sedang menjenguk orangtuanya dan kemarin juga datang kemari untuk bertemu abinya Hanin.

Hanin juga agak terkejut dengan kedatangan Juna yang tanpa membuat janji terlebih dahulu bahkan Juna datang dengan kedua orangtuanya, entah pasal apa Hanin jadi merasa pasrah dengan hidupnya.

"Gimana soal Juna dua hari yang lalu?" tanya abi tiba-tiba saat Hanin baru saja mau melahap makanannya.

Gadis itu meletakkan sendoknya kembali. "Maksud abi?"

"Iya kamu mau jawab apa?"

"Nggak dulu deh abi, Hanin belum siap lagian juga Juna 'kan belum selesai Kuliah," ucap Hanin.

"Kalau sudah selesai kuliahnya Juna, kamu mau terima?" tanya abi.

"Mungkin iya kalau Juna memang serius."

"Ohh kirain abi, kamu maunya sama Jaerell," gumam abi lalu menyantap makan siangnya.

Hanin hanya mengusap lengannya. "Jaerell udah tunangan bi," jawab Hanin

"Ohh yaudah 'lah berarti nggak jodoh lagian juga kalian 'kan beda agama," sahut abi lalu memasukkan sesendok makanan lagi ke dalam mulutnya.

"Jaerell udah jadi muslim kok, sejak mau tamat SMA."

"Yaudah gapapa mungkin belum jodoh, mungkin ada yang lebih baik nanti," balas abi, Hanin hanya mengangguk samar lalu melanjutkan makannya.

© © ©

"Orang mana tunangan lo?" tanya Romero.

"Bandung," jawab Jaerell.

"Cakep ngga?" tanya Gabriell disela-sela main game-nya.

"Cakep lah lumayan," jawab Jaerell lesu.

"Masih cakep mana sama Hanin?" tanya Sergio dengan jail.

"Ya gitu deh."

"Juna udah jadi mualaf juga kayak lo ... Dua hari yang lalu dia datang ke rumah Hanin sama orangtuanya nemuin abi Hanin," ucap Gabriell.

"Ngapain?" tanya Jaerell.

"Ngelamar Hanin," lanjut Gabriell yang membuat semangat Jaerell semakin menurun.

Lelaki itu menghela napas kasar. "Salah siapa hayo? Lo yang bilang ke Hanin buat sisain ruang di hati dia buat lo, tapi lo-nya malah sama yang lain, ya Haninnya keburu diambil orang lain lah kalo lo sia-siain," jelas Sergio.

"Hati-hati aja, kalo emang lo ragu ya mending lepas aja apapun resikonya dari nyokap lo terima aja, dari pada ntar pas udah nikah lo berdua malah sering berantem 'kan nggak enak," celetuk Yael tiba-tiba.

"Bener jugasih, gue juga emang dari awal nggak yakin," jawab Jaerell.

Suamiku Mualaf [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang