Hanin masuk ke kelasnya dan ia disapa oleh Bayu. "Assalamualaikum ukhty," sapa Bayu dengan senyuman dan mempersilakan Hanin duduk.
"Waalaikumsalam," jawab Hanin.
Bayu duduk di seberang Hanin tepatnya dikursi Azhel. "Hanin, nanti pulang bareng yuk?"
"Em, Hanin nggak bisa so-soalnya ...," ucap Hanin gugup karena ia terbayang wajah abi yang memarahi Jaerell kemarin.
"Nggak boleh nolak! pokoknya kita pulang bareng, ok?"
"T-tapi Bayu a-" Belum selesai Hanin berbicara, Bayu sudah pergi duluan ke luar kelas.
Hanin menghela napas pelan dan menyandarkan punggungnya di sandaran kursi, ia memejamkan matanya sejenak namun saat membuka matanya. "Astaghfirullah." Kaget Hanin sambil mengusap dadanya, Jaerell hanya tertawa geli.
"Hobi banget sih ngagetin orang," gerutu Hanin.
"Maaf ya hehehe habisnya kalo kamu kaget, lucu sih, akunya gemesss."
"Jangan lagi! gak lucu! nanti Hanin jantungan lama-lama."
"Yaaa jangann dongg, ntar nggak ada lagi orang yang bisa aku kagetin kalo gitu."
Hanin menatap lawan bicaranya datar. "Ada apa? Kok tiba-tiba ke sini?" tanya Hanin.
"Mau minta tolong," kekeh Jaerell.
"Tolong apa?"
"Tolong ajarin aku soal matematika dari kelas 10 sampe semester sekarang dong."
"Lho emang kenapa?"
"Aku ada janji sama bu Hara soal nilai ulangan, kalo ulanganku kamis nanti dapat besar, semua nilaiku yang kecil dinaikin tapi kalo nggak di atas rata-rata aku nggak naik kelas," jelas Jaerell.
"Tolong bantuin Jaerell ya Hanin? Hanin 'kan pinter matematika."
"Idih mana ada pinter MTK."
"Hanin tolong ya," ucap Jaerell memohon kepada Hanin.
Hanin tampak menimbang-nimbang permintaan Jaerell. "Hmmm, iya deh Hanin bantu, 1 hari 30 soal materi dari kelas 10 ya wajib dan dasar," ucap Hanin membuat Jaerell melongo.
"Jangan 30 soal ih, 5 aja ya?"
"Mau nggak naik?" tanya Hanin yang membuat Jaerell langsung menggeleng cepat.
"I-iya Hanin, iya 30 soal matematika wajib dasar satu hari."
"Sip."
"Tapi kita cuma punya waktu 1 hari lagi karena ulangannya kamis ini sedangkan besok rabu dan ini selasa."
"Pulang sekolah hari ini aja mulainya tapi Hanin pulang dulu ke rumah ambil buku Ujian ya," jelas Hanin yang dibalas anggukan oleh Jaerell.
"Ta-tapi abi Hanin gimana?"
"Mudah deh, itu urusan Hanin ... Yang penting Jaerell bisa lulus."
"O-oke Hanin, makasih ya ... Maaf jadi ngerepotin."
"Siapa sih yang nggak mau pahala," ucap Hanin yang membuat Jaerell tersenyum menyetujui ucapannya.
© © ©
Hanin sudah sampai di rumah, ia pulang dijemput oleh abi, sempat berdebat dengan Bayu yang memaksanya untuk pulang bersama. Untung saja abi cepat datang kalau tidak, entah bagaimana nasib Hanin kalau abi sampai tahu, tadinya Jaerell ingin membantu tetapi sudah keburu abi yang datang. Hanin segera pergi mandi dan memakai pakaian yang santai ala anak sekolahan serta totebag tie dye yellow-nya. Hanin memakai parfum secukupnya dan menuju ke ruang tamu untuk pamit dengan umi dan Rizky.
"Umi."
"Iya sayang?"
"Abi mana?" tanya Hanin pelan-pelan.
"Barusan pergi lagi ke kantor setelah jemput kamu."
"Berarti pergi lagi?"
"Iyaa nak, kenapa?"
"Lama nggak ya umi?"
"Lama kayaknya ... Soalnya abi bilang ada meeting nanti malam."
"Uhmm umi jangan marah ya?"
"Kenapa sayang?"
"Hanin mau pergi sama Jaerell, bentar aja kok"
"Tumben?"
"Mau belajar bareng 'kan udah mau Ujian, sekalian bantuin Jaerell belajar matematika dasar sama wajib juga," jelas Hanin.
"Jangan kesorean ya pulangnya."
"Iya umi, sebelum maghrib, Hanin janji udah di rumah kok," ucap Hanin membuat umi mengusap pucuk kepala anak gadisnya pelan.
"Hanin pergi dulu ya?"
"Sama jaerell?"
"Iya umi."
"Oke hati-hati, jangan lupa baca doa ya nak."
"Iya umi siapp."
"Bilangnya nggak mau deketin Jaerell lagi tapi sekarang malah pergi berdua," celetuk Rizky sambil menengok ke luar.
Jaerell dan Hanin sudah sampai di perpustakaan dekat sekolah mereka. Jaerell memilih tempat duduk di dekat jendela karena dekat dengan AC, rak buku matematika kelas 12 dan tentunya WiFi-nya juga kencang. Hanin meletakkan tasnya di atas meja dan mengeluarkan buku soal-soal ujian dari kelas 10 sampai kelas 12 yang sudah ia susun rapi.
"Itu kamu kumpulin semua soal ujian kelas 10 sampe kelas 12?" tanya Jaerell keheranan sambil memandangi buku itu.
Hanin tertawa kecil. "Iya."
"Anin nggak pusing nyusunnya?"
"Udah biasa sih," jawab Hanin.
"Eh aku boleh panggil kamu, Anin?"
"Boleh senyaman Jaerell aja gimana panggilnya."
"Kalau sayang gimana?" goda Jaerell.
"Ya kalau itu sih Jaerell harus hadapin abi dulu," jelas Hanin yang membuat Jaerell tersenyum gemas.
"Udah deh ayo mulai belajar, kalau kamu serius abi pasti restuin." Ucapan Hanin membuat Jaerell jadi salah tingkah sendiri.
Hanin membuka buku soal-soal ujiannya lalu mengeluarkan alat tulis. "Keluarin buku tulis," suruh Hanin.
"Buku tulis?" tanya Jaerell.
"Iya buku tulis, kamu bawa nggak?"
"Nggak" ucap Jaerell polos.
"Astaghfirullah Jaerell," ucap Hanin lalu menenggelamkan wajahnya di buku tebal itu. Jaerell terkekeh geli dan mengeluarkan satu buku catatan dari ranselnya yang ternyata berisi satu buku catatan dan alat tulis.
"Nih aku bawa kok," ucap Jaerell sambil tersenyum.
Hanin mengangkat kepalanya dan menatap buku tulis serta alat tulis yang dikeluarkan Jaerell dari ranselnya. "Tadi bilangnya nggak bawa," ucap Hanin cemberut.
"Bawa dong, suka aja gitu jahilin kamu, lucu soalnya," ucap Jaerell dengan jurus gombalan mautnya dan Hanin hanya menatap datar.
"Udahudah ayo mulai belajar, kita mulai dari matriks dulu," ucapHanin dan Jaerell punmengangguk semangat.