Emma mengajak Jaerell pergi ke mall, banyak pasang mata yang memperhatikan mereka karena gaya Emma yang seperti tante-tante sedangkan Jaerell masih mengenakan baju sekolah. Bukannya terlihat seperti pasangan kekasih mereka malah terlihat seperti ibu dan anak. Banyak gadis-gadis yang genit menyapa Jaerell, meminta foto bareng juga tanda tangan yang membuat Emma kesal.
"Heh! Jadi cewek jangan kegatelan dong!" seru Emma sambil menarik Jaerell ke samping-nya.
"Yaelah Tan mau foto bentar doang kali sama anaknya," celetuk salah satu gadis yang berambut merah menyala.
"Enak aja manggil gue tante, gue masih kuliah ya jangan asal kalo ngomong!"
"Pacar kak ya?" tanya gadis itu pada Jaerell.
"Iya kenapa?! Gasuka!!" kesal Emma.
"Ya ampun kak, cari yang lain aja gih, kak 'kan ganteng, putih, keren, kok mau pacaran sama cewek yang modelan-nya kayak tante-tante sih," ungkap gadis itu lalu pergi dengan teman -temannya.
Emma menggeram kesal, Jaerell pergi melewati Emma yang masih kesal menatap gadis-gadis cantik tadi. Jaerell berjalan tanpa arah, ia tidak tahu tujuannya mau ke mana yang penting jalan saja.
Tanpa sengaja Jaerell melihat Hanin yang sedang berkumpul bersama teman-teman kelasnya.
Jaerell mencubit pipinya sendiri. "Aw."
"Lah bener nggak mimpi, asik samperin ah," ucap Jaerell senang.
© © ©
Setelah tidak sengaja bertemu Kevin tadi, Hanin berbincang ringan dengan Kevin, sebenarnya ia benar-benar tidak mau mengobrol dengan pria itu tetapi untungnya ia tidak sengaja bertemu teman-teman kelasnya Jaerell.
Akhirnya teman-teman Jaerell mengajak Hanin untuk main ke mall. Hanin sebenarnya tidak suka namun, karena ingin menghindari Kevin, ya tidak apalah sekali-sekali.
"Eh Han, lo apa kabar sama Jaerell?" tanya Miya yang duduk di hadapan Hanin.
"Baik, kenapa?"
"Nggak berantem 'kan kalian?" tanya Miya lagi.
"Enggak, emang ada apa?" tanya Hanin penasaran.
"Nggak ada apa-apa nanya aja," kekeh Miya.
"Lo ketemu Emma 'kan tadi di dekat dapur sama Jaerell?" tanya Sonara. Hanin mengganguk. "Lo nggak cemburu?" tanya Farez.
"Nggak kok, biasa aja," ucap Hanin dengan senyum tipis.
Jauh di lubuk hatinya Hanin benar-benar cemburu tetapi ia tahu posisi dirinya di sini, ia bukan siapa-siapa-nya Jaerell jadi tidak berhak marah dan tidak berhak untuk benci.