||54||

484 29 4
                                    

Jantung Jaerell berdegup kencang karena tidak sabar menunggu jawaban Hanin untuknya, bahkan Ersya dan Soraya pun saling berpegang tangan sedangkan Gabriell sibuk merekam momen ini padahal belum tahu apa yang akan dikatakan Hanin nanti.

"Silakan Jae," ucap papanya Jaerell.

Lelaki itu menarik napasnya dalam sambil mengucapkan basmallah di dalam hati. "Queen Hanin, aku udah tunggu momen ini dari lama, untuk ngomong kayak gini aku butuh waktu yang lama dan butuh kesiapan mental yang kuat untuk menanggung segala kemungkinan yang bakal terjadi."

"Aku selalu berdoa sama Allah supaya Allah mempermudahkan urusanku dan mempermudah jalanku untuk melamar kamu, 3 tahun aku mencoba untuk memastikan lagi tentang orang yang akan kupilih."

"Semuanya nggak berubah, sudah banyak wanita lain yang selalu orang jodoh-jodohkan tapi aku tetap tidak tertarik ... Selama ini aku sudah mencoba juga untuk menggantikan kamu di hatiku, tapi ternyata nggak ada satu pun wanita lain yang bisa gantiin posisi kamu."

"Hanin, ini sudah keputusanku dan apapun jawabannya aku akan terima dengan lapang dada. Apa Hanin mau jadi teman hidup Jaerell di dunia dan akhirat?" ucap Jaerell sambil membuka kotak kecil berwarna silver yang berisi dua cincin serasi.

Butuh 15 detik untuk menunggu akhirnya Hanin membuka suara. "Maaf Jae bukan mau mengecewakan tapi jawaban Hanin ...."

Mendengar kata maaf, semua orang sudah pasrah bahkan abi dan juga umi agak terkejut dengan jawaban Hanin.

"Hanin nggak mau ya?" tanya Jaerell hati-hati.

"Nggak ...."

"Salah lagi," lanjut Hanin.

Kemudian tawaan kecil tercipta di dalam rumah Hanin. "Alhamdulillah," ucap Abi, Umi dan Jaerell sedangkan, Papa, Mama, Ersya, dan Soraya serta Gabriell tersenyum senang.

"Hanin bisa aja ngelawaknya ya bikin dugun-dugun deh," sahut Gabriell yang masih memegang kamera.

"Ya ampun Han," ucap Jaerell lalu mengusap wajahnya.

"Cie yang diterima," goda Soraya dan Ersya.

"Ayo cincinya dipasang dong 'kan udah diterima nih."

Keduanya saling memasangkan cincin, Jaerell dan Hanin saling menatap dengan senyuman bahagia.

"Nanti mau ada acara lamarannya nggak, biar orang lain tau?" tanya Abi yang memecahkan kebucinan Hanin dan Jaerell.

"Acara lamarannya ganti jadi pengajian aja om, undang tetangga dekat sini sama keluarga aja dan teman dekat sekalian, ajak anak panti yang nggak jauh dari komplek, kita berbagi kebahagiaan dan keberkahan," sahut Jaerell serius.

"Boleh, ini lebih bagus idenya," puji Abi Hanin.

"Undangannya dari mulut ke mulut aja, biar nggak repot sebar undangan ke rumah-rumah, kecuali kalo anak pantinya kita yang ke sana," lanjut Hanin.

"Boleh juga," jawab tante Jessie.

"Tentukanlah tanggal pernikahannya, jadi bisa langsung buat undangan," ucap umi.

"22 ulang tahun Hanin ditambah sama 13 ulang tahun Jae, ditambah 5 yaitu bulan lahir Hanin trus dikurangin 10 bulan lahir Jae jadi hasilnya 30," ucap Jaerell yang membuat otak orang-orang berputar.

"Tanggal tua itu nggak banyak ntar amplop sama kadonya ... gak seru," celetuk Gabriell.

"Yang penting mah doanya," sahut Soraya.

"Tau nih bang Riell," ucap Ersya.

"Gini aja kalo gitu bulan 5 ditambah bulan 10 ditambah tanggal 13 dikurangin tanggal 22 jadinya tanggal 6," ucap Hanin

"Mau bulan apa?" tanya Jaerell.

"Karena manusia itu berpasang-pasangan dan setiap satu pasangan itu berisi 2 orang jadi tanggal 6 di kali 2 hasilnya 12," jawab Hanin.

"Ya ampun berteori ya neng," sahut Gabriell.

"Nggak kelamaan bulan 12?" tanya Jaerell.

"Nggak sabar banget lo," jawab Gabriell.

"Tau nih bang Jae, mau ngapain sih emang hm?" tanya Ersya.

"Takut ada saingan lagi ya lo?" sahut mas Rizky.

"Haha tau aja bang."

"Jae mau bulan depan?" tanya Hanin.

"Boleh."

"Ya udah Hanin nurut aja," ucap Hanin.

"Oke berarti tanggal 6 bulan 11."

"Hari apa tuh?" tanya abi.

"Jumat om," ucap Soraya.

"Bagus biar tambah berkah."

"Akad jumat pagi, resepsi sabtu malam?" tanya Jaerell pada Hanin.

"Akad jumat pagi, resepsi malam minggu," ucap Hanin mengkoreksi.

"Maharnya Hanin mau apa?" tanya Papa Jaerell.

"Abi aja deh hehe, Hanin bingung."

"Lho yang mau nikah 'kan kamu bukan Abi," sahut Abi.

"Emas seberat 46,9 gram dan seperangkat alat Shalat," ucap Hanin, Jaerell tampak berpikir.

"Ada lagi Han?" tanya Jaerell.

"Udah kok," ucap Hanin, Jaerell mengangguk pertanda menerima keinginan calon istrinya lalu, Hanin pergi ke dapur membantu Umi dan Tante Jessie yang sedang menyiapkan minuman.


Suamiku Mualaf [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang