||SPECIAL 2||

568 23 2
                                    

Sudah sekitar satu bulan Jaerel dan Hanin berkeliling untuk buan madu mereka dan kini saatnya mereka pulang ke Bandung dan siapa yang mengira kalau keluarga besar Hanin dan Jaerell sedang berkumpul di Bandung. Sepasang suami istri itu duduk di tengah-tengah keluarga mereka sambil mengobrol dan bercanda.

"Udah itu?" tanya papa-nya pada Jaerell, Hanin yang sedang mengunyah wafer pun berhenti lalu menatap papa mertuanya. "Itu apa?" tanya Jaerell polos.

"Ih jangan pura-pura gak ngerti deh," sahut abi.

"Serius abi, Jae nggak ngerti maksudnya apa."

"Udah buat debay belum maksudnya?" ulang mama Jessie, jujur Hanin kaget.

"Emangnya harus buru-buru?" tanya Jaerell.

"Yaiyalah," ucap kedua orangtua Hanin dan juga kedua orangtua Jaerell, Hanin yang tadi mengunyahh wafer pun tersedak karena kaget lalu segera minum air mineral.

"Ya nanti Jae omongin deh sama Hanin," putus Jaerell sambil menatap Hanin.

"Tapi, aku barusan tadi pagi datang bulan," jawab Hanin polos.

"Yahhh," ucap semua orang kecuali Hanin yang bingung dengan kepolosannya dan Jaerell yang tertawa kecil mendengar respons keluarganya.

Kemudian seminggu setelah Hanin selesai datang bulan, saat malamnya Jaerell membicarakan perihal anak pada sang istri untuk mewujudkan keinginan orangtua mereka yang ingin segera menimang cucu dari Jaerell dan Hanin. Hingga tiba bulan kemudian Hanin mual, pusing dan tidak mood makan bahkan saat melihat nasi pun Hanin pusing dan mual sekali. Dan dengan anjuran mama Jessie mereka berdua pergi ke dokter kandungan untuk mengecek kandungan Hanin.

"Ini hasil pemeriksaanya ya pak, bu," ucap dokter kandungan itu, Jaerell menyimpan amplop itu.

"Oke dok terima kasih."

Tiba di rumah, Hanin merengek untuk melihat hasil pemeriksaannya tadi, Jaerell menggendong istrinya dan meletakkan Hanin di pangkuannya. Jaerell membuka isi amplop itu, betapa terkejutnya sepasang suami istri itu kalau ternyata hasilnya sesuai dengan yang di harapkan.

Esok paginya, Hanin minta dibuatkan nasi goreng tetapi Hanin ingin yang memasak nasi gorengnya adalah Soraya yang jelas ada di Jakarta, karena sang suami yang tidak bisa menuruti kemauan sang istri, Hanin sampai tidak menegur bahkan melihat Jaerell sedikit saja pun tidak dan akhirnya dengan jurus seribu rayuan dan gombalan pun Hanin tetap tidak mau.

"Sayang, udah dong ngambeknya kamu gak kasian sama aku?" rayu Jaerell sambil memeluk istrinya dari samping.

"Aku aja ya yang buatin nasi gorengnya? Kak Sora 'kan ada di Jakarta"

"Gak."

"Yaudah kalo gitu kita ke rumah mama yuk?"

"Gak."

"Ke taman komplek?"

"Gak."

"Yaudah ke rumah Gabriell?"

"Ayo," jawab Hanin semangat sedangkan Jaerell sudah mengembungkan pipinya tanda merajuk.

© © ©

Waktu datang silih berganti, hingga akhirnya hari yang di tunggu akan segera tiba. Hari ini Hanin dikabarkan masuk Rumah Sakit karena sudah pembukaan kedua, tadi umi yang menelepon Jaerell untuk segera menyusul, untung saja umi dan abi ada di rumah, mereka datang bersamaan dengan Soraya yang juga kebetulan akan pindah dan tinggal bersama orangtua Jaerell katanya supaya lebih mudah dapat kerja, dekat dengan keluarga dan supaya Ersya ada teman tidur juga.

Suamiku Mualaf [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang