||42||

401 37 0
                                    

Beberapa murid kelas 12 IPA 1 sudah ada di depan ruang inap Jaerell, mereka bergiliran masuk untuk menjenguk Jaerell yang untungnya sedang mengobrol dengan teman tongkrongannya.

"Eh kalian tau ngga tadi, itu yang kulitnya putih pucat ganteng banget beneran, manis banget lagi terus, dia nggak sengaja lihat gue melting banget mau pingsan rasanya," ucap salah satu gadis di sebelah Zahwa yang tentunya teman kelasnya sendiri.

Zahwa bergidik ngeri. "Kalo bukan karena Hanin nggak akan gue ke sini, mana banyak banget lagi yang berkeliaran," lirih Zahwa dalam hati sambil mengusap tengkuknya yang sedikit merinding.

"Eh Zahwa, bestie kamu mana?" tanya Sonara si gadis keturunan asia setengah bule itu.

"Hanin? Nggak ikut, katanya mau pergi sama uminya," jawab Zahwa.

"Yang belum masuk lagi siapa nih?" tanya Bayu.

"Lo udah Zah?" tanya Azhel.

"Eh belum."

"Tinggal lo sendiri Zah," ucap Bayu.

"Gapapa, ada yang mau gue omongin sama Jae," sahut Zahwa pada bayu, lelaki itu mengangguk dan mempersilahkan.

"Lho zahwa? Sendiri aja?" tanya Juna saat melihat ternyata Zahwa yang datang.

"Iya, Hanin pergi sama uminya," jawab Zahwa, Juna membentuk bibirnya seperti huruf O.

"Lo gimana Jae? Udah mendingan?" tanya Zahwa.

Jaerell mengangguk. "Oh iya ini ada titipan dari beruang kesayangan lo, katanya dengerin pas hari dia mau berangkat aja," ucap Zahwa sambil memberikan soundcard yang diberi gantungan kunci berupa boneka beruang yang super mini.

Jaerell mengambil benda itu dari tangan Zahwa. "Kapan dia berangkat?" tanya Jaerell memastikan lagi walaupun ia sudah tahu kapan hari keberangkatan Hanin.

"Hari Sabtu tanggal 13 di minggu ini," jawab Zahwa.

"Cepat pulih ya, gue pulang dulu salam aja buat orangtua lo dari Hanin sama gue," ucap Zahwa lalu melambaikan tangannya pada semua orang yang ada di dalam sana.

Setelah Zahwa keluar dari ruangan itu, Yael membuka suaranya. "Pas gue jemput Gracia, nggak sengaja ngeliat Hanin yang ternyata udah jadi temen adek tiri gue itu," celetuk Yael.

"Gracia? Lo ada adek bang?" tanya Juna terkejut.

"Dia udah cerita lo aja nggak ada telinga," sahut Gabriell.

"Terus gimana?" tanya Jaerell yang tidak sabaran.

"Ya gak gimana-gimana, tapi gue lihat kayaknya dia takut sama gue," ucap Yael.

"Ya iyalah bang, siapa coba yang nggak takut kalo lo tiba-tiba ngomong ketus kayak waktu itu, padahal 'kan baru aja ketemu," sahut Romero.

"Untung Hanin nggak nangis," sambung Raefal.

"Iya gua tau gua salah."

"Nah minta maap dong."

"Udah lewat chat," lirih Yael

"Dapet dari mana nomor Hanin?" tanya Jaerell.

"Gracia 'lah."

"Terus Hanin gimana? Dia baik-baik aja 'kan bang" tanya Jaerell pada Yael, baru saja lelaki berkulit putih pucat itu mau menjawab pertanyaan Jaerell, Gabriell sudah lebih dulu menyahut pertanyaan Jaerell. "Gue traktir dia siomay pas bang Yael sama Gracia pergi."


Suamiku Mualaf [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang