||07||

964 51 4
                                    

Jaerell pulang ke rumah dengan senyuman lebar, sampai papa dan mamanya kebingungan apa yang terjadi dengan anak mereka.

"Siang ma, pa, Jaerell pulang."

"Tumben?" tanya mama.

Jaerell cuma menyengir saja, ia salim sama orangtuanya. "Jaerell ke kamar dulu ya," ucap Jaerell berlalu naik ke kamarnya yang di lantai atas, kemudian menutup pintu kamarnya, kedua orangtuanya saling bertatapan. "Kenapa anak itu ma?"

"Gatau pa, salah makan kali dia di sekolah."

"Paling juga ada pacar baru lagi ma," sahut Ersya adik sepupu Jaerell yang tinggal dengan orangtua Jaerell karena orangtua Ersya yang selalu sibuk bersama pekerjaannya sampai lupa kalau Ersya butuh kasih sayang keduanya.

"Masa iya?" Heran mama.

"Ganti pacar terus, kapan seriusnya coba," seru papa.

"Atau gak jodohin aja pa," celetuk Ersya sambil tertawa kecil.

"Boleh juga tuh," ucap papa menyetujui ucapan Ersya.

"Emang ada yang mau? Mantannya aja udah banyak banget kayak kontestan dangdut akademi," ledek mama hingga papa dan Ersya tertawa.

"Udah deh, susul abangmu bilangin kata mama mandi dulu abis itu turun makan, mama udah masak," lanjut mama yang bicara pada Ersya.

"Siap mama." Ersya langsung menjalankan tugasnya, ia langsung membuka pintu kamar Jaerell hingga membuat yang punya kamar langsung menutup badannya yang topless.

"ERSYA UDAH DIBILANGIN KETUK DULU, ASAL BUKA AJA!"

"MAKANYA DIKUNCI!"

"DIH KAMAR-KAMAR SIAPA, SEWOT AJA!"

"SONGONG BANGET SIH, BANTET JUGA!"

"NGAPAIN LO?!"

"Disuruh mama mandi, abis itu makan, mama udah masak,"

"YAUDAH SANA KELUAR!"

"GAK AKAN KELUAR SEBELUM LO MASUK TOILET!"

"SEWOT AMAT, MAU LIAT LO?"

"IDIH OGAH YA!"

"YAUDAH SANA KELUAR!"

© © ©

Hanin yang berjanji akan menemani kakaknya untuk berkeliling Jakarta pun terwujud, setelah mereka duduk di taman tadi kemudian berlalu ke kedai bakso.

"Masih suka bakso 'kan kamu?" tanya Rizky.

"Masih dong, terfavorit malahan."

"Oke sip." Mereka duduk menghadap ke belakang yang tidak melihat ke jalanan, supaya saat makan tidak dilihat oleh orang yang berlalu lalang.

"Pesan apa mas?" tanya si pelayan.

"Bakso daging dua porsi pake mie, minumnya es jeruk dua ya."

"Oke mas ditunggu."

Sembari menunggu pesanan mereka datang, Rizky diam-diam memotret adiknya dari samping.

"Mas hapus gak tuh."

"Gak mau," canda Rizky.

"Ih hapuslah jelek tau."

"Gak boleh ngomong gitu, sama aja kamu mencela ciptaan Allah."

"Iya-iya maaf, tapi hapus dulu."

"Gak mau," kekeh Rizky jail lalu ia mematikan ponselnya supaya sang adik tidak dapat membuka ponselnya karena di-password.

Emma mencebik kesal dan menghentakkan kakinya lalu ia mengikuti Jaerell dari belakang karena sekarang mereka berada di depan kedai bakso.

"Gila penuh bener," gumam Jaerell, tetapi matanya menangkap ada satu tempat duduk lagi yang berhadapan dengan satu pengunjung lain, akhirnya Jaerell menghampiri tempat duduk itu diikuti oleh Emma.

"Permisi mas, mbak?" ucap Jaerell sopan. Hanin dan Rizky menoleh ke sumber suara.

"Hanin?"

"Jaerell?" sahut mereka barengan.

"Kamu kenal?" tanya Emma ke Jaerell, dan Jaerell mengangguk pelan.

"B-boleh duduk di sini gak?" tanya Jaerell gugup sambil melihat Rizky dan Hanin bergantian.

"Silakan," jawab Rizky ramah dan Hanin hanya mengangguk. Akhirnya Jaerell dan Emma duduk di hadapan mereka.

"Kalian pesen apa?" tanya Jaerell.

"Bakso daging sama es jeruk" jawab rizky

"Oh oke deh." Jaerell melihat ke arah Emma yang hanya cemberut karena terpaksa ikut.

"Lo mau makan apa?" tanya Jaerell dengan nada datar.

"Gak."

"Yaudah," ucap Jaerell lalu memanggil pelayan dan memesan makanan dan minum untuk dirinya sendiri tanpa memperdulikan Emma.

Rizky dan Hanin cuma menahan tawa saja melihat kelakuan dua orang di hadapan mereka, sampai akhirnya makanan mereka sampai dan inilah saatnya Rizky membuka maskernya.

"Lo Rizky 'kan?" ucap Emma yang kaget saat tidak sengaja melihat Rizky membuka maskernya, Rizky cuma mengangguk lalu melahap makanannya.

"Kak, makan ya," ucap Hanin menawari dengan sopan sambil tersenyum pada Emma.

"Hm," jawab Emma jutek, pasalnya ia cemburu karena Jaerell yang diam-diam memperhatikan Hanin dari tadi. Jaerell tersenyum di dalam hatinya saat melihat begitu ramahnya Hanin dengan Emma, walaupun Emma merespons dengan acuh tak acuh namun Hanin tetap tersenyum.

Saat di pertengahan makan, Jaerell mengajak ngobrol Rizky.

"Bang?" panggil Jaerell ke Rizky

"Eh?"

"Abangnya Hanin?" tanya Jaerell penasaran.

"Iya, pasti lo mikir gue pacar Hanin 'kan?" celetuk Rizky.

"Sorry bang."

"Gapapa santai, banyak yang bilang gitu."

"Lo dah berapa tahun pacaran sama Emma?" lanjut Rizky yang membuat Jaerell tercekam.

"2 tahun," jawab Emma cepat, Jaerell langsung melotot tak percaya.

"Bohong! Baru aja kok, " sahut Jaerell cepat.

Rizky dan Hanin saling berpandangan lalu melihat kedua orang di hadapan mereka bergantian.

"Yakin?" tanya Hanin ke Jaerell.

"I-iya Han, yakin baru aja beberapa hari yang lalu," jawab Jaerell cepat yang membuat Emma memutar bola matanya malas.

"Kak Emma sekolah di mana?" tanya Hanin ramah namun Emma tidak menjawabnya yang membuat Hanin diam.

"Emm dia anak kuliahan, baru semester satu," sahut Jaerell, dan Hanin ber'oh'ria.

"Jae, ayo pulang aku gak suka sama cewek ini," cibir Emma kemudian berdiri duluan dan pergi keluar kedai. Hati Hanin mencelos mendengarnya, padahal baru pertama kali dia bertemu dengan Emma kenapa langsung tiba-tiba tak suka dengan dirinya, apa Emma tidak suka kalau Jaerell dan Hanin saling kenal?

"Maaf ya Hanin, maafin sikapnya Emma, dia lagi bete kayaknya, maafin banget." ucap Jaerell tidak enak.

"Maaf juga ya bang," lanjut Jaerell.

"Iya Jae gak apa, maklum," jawab Hanin dengan senyuman, Rizky juga mengangguk pelan.

"Duluan ya Hanin, bang Rizky," pamit Jaerell.

"Iya Jae hati-hati, salam buat orangtua kamu," ucap Hanin.

"Oke."

"Hati-hati ya," ucap Rizky.

"Iya bang."

Suamiku Mualaf [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang