||14||

709 77 5
                                    

Jaerell sedang berada di rooftop sekolah, padahal sekarang ini sudah jam pulang sekolah tapi ia malah duduk di kursi kayu yang lumayan usang sambil melamun. Lelaki itu benar-benar bingung dan linglung entah kenapa dia malah menyesali kata-katanya yang tadi ia ucapkan pada guru matematikanya. Mana mungkin ia bisa benar 40 soal nanti, 10 soal pun tidak mungkin ia benar semua. Paling tinggi nilai matematikanya adalah 35 itupun dirinya sudah sangat senang sekali karena matematika Jaerell selalu saja zonk.

Pintu rooftop terbuka, ternyata Juna dan Gabriell yang datang. Mereka mencari Jaerell karena teman mereka yang satu ini tidak hadir dilatihan band mereka hari ini padahal mereka harus menyiapkannya untuk pensi nanti. "Hey odading" tegur Gabriell pada Jaerell tapi ia tidak menggubris Gabriell sama sekali, yang membuat Gabriell mencebik kesal dan Juna segera mendekati Jaerell.

Juna berjongkok di depan Jaerell sambil mengibas-ngibaskan tangannya di hadapan Jaerell. Namun, lelaki itu tidak menggubris Juna sama sekali, karena kesal Juna berdiri di depan Jaerell dan memukul bahunya kuat lalu segera menjauh dari Jae untuk menghindari balasan dari sahabatnya itu.

Jaerell langsung mendongakkan kepalanya. "Apa?" tanya Jaerell santai.

"Ngapain aja lo di sini? jualan odading ma hantu?" Lawak Gabriell dan Jaerell menggeleng.

"Yang lain pada nungguin lo di ruang seni, tapi lo-nya malah di sini, siap-siap kita mesti coba latihan ke aula," lanjut Gabriell yang membuat Juna mengangguk setuju.

"Liat Hanin gak?" tanya Jaerell lembut.

"Hanin terosss, sampe lupa sama kita," balas Juna yang membuat Jaerell menaikkan satu alisnya bingung dengan kata-kata Juna.

Lalu Jae berdiri dan menepuk pundak Juna lalu menepuk pundak Gabriell. "Katanya fitnah lebih kejam dari pada pembunuhan ya?" ucap Jaerell yang matanya lebih mengarah ke Juna lalu Jaerell berjalan menjauh dari Gabriell dan juna. Dirinya berniat ke aula untuk latihan band bersama teman-temannya, Juna dan Gabriell saling menatap satu sama lain.

"Gue salah ngomong?" tanya Juna pada Gabriell.

"Salah banget," ucap Gabriell lalu pergi menyusul Jaerell.

Juna menatap kepergian Gabriell. "Salah terus," kesal Juna sambil memanyunkan bibirnya dan ikut menyusul Jaerell serta Gabriell.

© © ©

Hanin dan Azhel masuk ke aula bersamaan. Seperti biasanya hari ini mereka latihan taekwondo, tetapi saat masuk ke aula mereka bukannya melihat teman-teman mereka latihan malah melihat keributan.

"Loh bukannya itu anak band?" tanya Azhel pada Hanin.

"Gak tau ... coba kita ke sana aja," ucap Hanin lalu menggandeng Azhel untuk berjalan mendekat ke segerombolan itu.

"Ya gak bisa gitulah 'kan kita dari awal eskul taekwondo ada, kita emang di sini, kalian 'kan di ruang seni ngapain sekarang tiba-tiba mau hack tempat latihan orang!" sarkas Natalina tidak senang.

"Lah 'kan kita tadi udah izin buat latihan di sini," ucap Juna baik-baik.

"Ya gak bisa gitu dong kalau kalian latihan di sini emang kita mau latihan di mana? Ruang seni maksud lo? Bisa-bisa tu drum sama gitar kalian kita tendang-tendang!" balas Natalina yang tidak mau kalah.

"Kalian gak usah latihan dulu lah gak nampil di pensi juga 'kan?" kesal Juna.

"Sombong amat lo baru tampil di pensi aja songong belum pernah tampil di asean games juga!" ucap Janine asal.

"Asean games gak ada band anjer!" seru Reiki yang membuat anak-anak band menahan tawa.

"Lu kalo ngomong malu-maluin Jan ... coba gue aja tadi," ucap Natalina dengan suara kecil.

Suamiku Mualaf [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang