Jaerell mengambil mik dari tangan Reiki, ia menghidupkan mik itu dan memberi instruksi pada Arjune untuk memainkan gitarnya. Arjune mengangguk pelan lalu menjentikkan jarinya pada senar gitar. Jaerell menarik napasnya pelan lalu menyanyikan intro pertama yang diiringi oleh suara gitar yang dimainkan oleh Arjune. Jaerell menatap lurus ke depan fokus matanya jatuh kepada Hanin yang sibuk mengajari teman-temannya, sambil tersenyum tipis Jaerell mulai melanjutkan nyanyiannya.
Semua anak band kecuali Arjune menatap Jaerell dengan bingung karena, ini bukan lagu yang akan mereka bawakan nanti di pensi, tetapi Gabriell melarang teman-temannya yang mau menghentikan kelakuan Jaerell, lagi pula Jaerell 'kan ketua band jadi ya terserahlah.
"Ini pemanasan suara 'kah?" tanya Favian pada Juna.
"Gatau liat aja," jawab Juna dan Favian menggidikkan bahunya.
Suara Jaerell yang memabukkan dan merdu itu membuat rombongan anak taekwondo memfokuskan diri mereka pada orang yang berdiri di atas panggung dengan pesona kuat. Hanin ikut melihat arah pandang teman-teman eskulnya, ia mendapati Jaerell yang melihatnya dari kejauhan sambil mengeluarkan suara merdu miliknya.
Lirik lagu yang dinyanyikan Jaerell membuat hati Hanin tersentuh apalagi suara Jaerell yang sangat sopan masuk ke dalam indra pendengarannya. Jaerell masih tetap memandang Hanin dari panggung dan tentunya Jaerell tidak melupakan senyuman yang mampu membuat Hanin ikut tersenyum tipis.
Saat menyanyikan lirik yang membuaat tingkat kebaperan meningkat, Jaerell mengarahkan jari telunjuknya pada Hanin. Perbuatan Jaerell membuat semua orang yang ada di dalam aula mulai terfokus pada Hanin yang berdiri diam di dekat pintu utama aula sambil tersenyum tipis memandang lurus ke depan melihat Jaerell yang sedang bernyanyi untuknya.
Setelah menyelesaikan lirik terakhirnya. "Hanin!" panggil Jaerell dengan bantuan mik, Hanin hanya merespons Jaerell dengan mengerutkan dahinya.
"Makasih senyum manisnya."
"Saranghae," lanjut Jaerell sambil membentuk ibu jari dan telunjuknya berbentuk heart.
Seisi aula berteriak menyoraki Hanin dan Jaerell. Hal itu membuat hanin jadi malu sendiri, entah kenapa masa-masa sekolah menengah pertamanya terulang kembali walaupun kali ini dengan orang yang berbeda.
© © ©
Rizky tidak tahu kalau hari ini adiknya pulang jam 5 sore dan Hanin juga tidak mengirim pesan, jadi Rizky punya inisiatif sendiri untuk menjemput adiknya. Tetapi saat Rizky sudah sampai di sekolah, ia tidak menemukan adiknya, yang ia lihat ada pak satpam yang masih berjaga dan beberapa anak-anak sekolah yang sepertinya baru pulang eskul. Jadi Rizky bertanya pada salah satu anak perempuan yang memakai setelan taekwondo, karena seingat Rizky adiknya itu mengikuti ekstrakurikuler taekwondo.
"Permisi dek boleh tanya?"
"Iya kak tanya apa?"
"Kenal Hanin gak ya?"
"Kak Hanin maksudnya? Kenal kak, emang kenapa?"
"Hanin udah pulang belum ya?" tanya Rizky yang membuat lawan bicaranya menatap curiga.
"Saya kakaknya emang gak mirip karena perbedaan umur yang jauh," lanjut Rizky yang menyadari perubahan eskpresi lawan bicaranya, tetap saja itu tidak membuat sang lawan bicaranya percaya lalu Rizky mengeluarkan foto ia dan Hanin dari dalam dompetnya.
"Ohh kak hanin nya dah pulang tadi sama kak Jaerell," ucap gadis itu.
"Udah lama atau barusan?"
"Barusan sih kak"
"Naik motor atau mobil?"
"Motor kak."
"Kok gak ketemu ya tadi"
"Mungkin mampir ke minimarket dulu kali kak, soalnya tadi saya denger kak Jaerell mau beli minum dulu."
"Oh oke deh makasih ya infonya."
"Iya kak sama-sama"
"Duluan ya," pamit Rizky sopan.
Setelah Rizky pergi meninggalkan kawasan sekolah, rombongan gadis-gadis tadi melompat kesenangan. Karena wajah Rizky yang begitu tampan apalagi senyumnya yang kelewat manis dan membuat candu.
© © ©
Jaerell dan Hanin sudah sampai di tujuan mereka yaitu rumah Hanin. Hanin pun turun dari motor Jaerell, melepaskan helm dan memberikannya pada Jaerell.
"Makasih ya Jae, maaf ngerepotin."
"Enggak kok santai aja," ucap Jaerell dengan senyuman.
"Mau mampir?" tanya Hanin ramah.
"Emang boleh?"
"Boleh kayaknya gak ada abi," ucap Hanin tapi beberapa detik kemudian muncul abi di belakang hanin yang membuat Jaerell beku seketika.
"Kenapa baru pulang?" tanya abi dengan ekspresi dingin yang membuat Hanin terkejut.
"E-eh abi?"
"Itu bi ta-tadi Hanin eskul."
"Kok lama? Biasanya jam 5 kamu udah pulang, ini udah jam 5 lewat 30 menit, ke mana aja kamu? Kok gak kasih tau umi atau mas Rizky? Tadi mas Rizky juga nyariin kamu ke sekolah tapi kamunya gak ada," ucap abi dingin yang membuat Hanin diam membisu, karena merasa bersalah akhirnya Jaerell membuka suara.
"Maaf om sebelumnya tadi saya ngajak Hanin ke minimarket bentar," ucap Jaerell dengan senyum kikuk.
"Jadi kamu udah berani pergi sama yang bukan mahram? Hanin gak dengerin nasihat abi ya?!" ucap abi dengan penekanan yang membuat Hanin ingin menangis tapi ia menahannya, karena Hanin tidak boleh terlihat lemah.
"Maaf om ini salah saya jangan marahin Hanin," ucap Jaerell lembut.
"Gak usah ikut campur, sekarang kamu pulang! Hanin kamu masuk kamar!"
"I-iya abi," ucap Hanin gagap lalu masuk ke dalam rumah, saat di pintu masuk rumah, Hanin melihat Jaerell yang di omeli oleh abinya. Pada saat yang tepat pula Jaerell tidak sengaja melihat ke arah pintu rumah Hanin dan melihat gadis itu menatapnya dari kejauhan dengan bibir yang seperti mengucapkan kata maaf, Jaerell hanya tersenyum tipis, lalu setelah itu Hanin masuk ke dalam rumah.
"Awas ya kalau saya lihat kamu mengantar atau menjemput anak saya lagi! Saya gak akan segan-segan pindahin Hanin dari sekolahnya walaupun sudah mendekati ujian kelulusan!" sarkas abi lalu masuk ke dalam rumah meninggalkan Jaerell yang dari tadi termenung mendengarkan amarah abinya Hanin.
Jaerell menatap ke kamar atas Hanin tepatnya di balkon.Tadi Hanin segera masuk ke dalam rumah ia tidak mengindahkan panggilan umi dan kakaknya itu gadis itu mengunci pintu kamarnya dan menyaksikan Jaerell yang masih dimarahi oleh abinya dari jendela balkon kamar. Hanin masih bisa sedikit mendengar ucapan abinya itu, hatinya tergores saat dirinya mendengar bahwa abi akan memindahkannya ke sekolah lain walaupun sekarang sudah mendekati ujian.
Hanin menghapus air matanya yang tiba-tiba menetes tanpa perintah, Hanin melambaikan tangannya kecil saat Jaerell melihat ke arahnya dari bawah sana, ia melihat senyuman tulus Jaerell walaupun Hanin tahu kalau Jaerell sedang tidak baik-baik saja sekarang.
Hanin mengetikkan sesuatu di handphonenya.
Ting!
Jaerell membuka handphonenya yang terdapat notifikasi dan melihat satu pesan dari Hanin.
Hanin>3
Hati hati dijalan ya Jae, maafin abiJ
Jaerell tersenyummelihat pesan dari Hanin, ia melihat ke jendela kamarHanin dan mengangguksamar.