||37||

358 46 16
                                    

Adam mencium pucuk kepala anaknya dengan sayang lalu melambaikan tangannya dan menutup pintu kembali. Hanin tersenyum kecil lalu bersiap memejamkan matanya untuk bertemu alam mimpi walaupun sebenarnya hari sudah pukul 09.00. Baru saja mau memejamkan mata, Hanin membuka matanya lagi saat mendengar suara yang familier itu terdengar sedang mengobrol dengan abi-nya.

"Apa kabar om? Udah lama nggak ketemu," sapa Jaerell dengan senyum tipis.

"Baik, gapapa sih saya juga ngga berharap ketemu kamu," jawab Adam lalu tertawa kecil yang membuat Jaerell ikut tertawa kecil pula.

"Udah lama nggak ke sini, kenapa?" tanya beliau.

"Kan om yang larang, jadi saya nurut," kekeh Jaerell, walaupun sebenarnya sebelum itu Jaerell tetap ke sini diam-diam karena mengantarkan Hanin pulang.

"Oh iya-iya, saya duluan ya mau kerja," pamit beliau.

"Iya om silakan, semangat om!" seru Jaerell dengan senyuman sumringah.

"asik di restuin nih kayaknya," ucap Jaerell di dalam hati, lalu ia duduk kembali di sofa sembari menunggu umi Aisyah yang tadi lebih dulu ke dapur.

Sekitar 10 menit menunggu sambil membaca majalah di laci meja tamu, umi Aisyah kembali dengan 2 teh hangat dan beberapa bolu keju kesukaan Hanin.

"Eh umi nggak usah repot-repot," ucap Jaerell membantu beliau meletakkan makanan dan minuman.

"Nggak apa-apa kok, ini sekalian buat Hanin."

"Makasih umi," ucap Jaerell ramah.

"Iya nak," Jawab beliau lalu duduk di hadapan Jaerell. "Jae, umi boleh nanya nggak?" tanya beliau pelan-pelan.

"Boleh kok umi."

"Kamu pacaran sama Hanin ya?" tanya Aisyah hati-hati.

"Hah? Enggak kok umi."

"Terus bucket yang waktu itu?"

"Oh itu hadiah pensi aja kok umi," kekeh Jaerell.

"Oh gitu, yaudah deh umi panggilin Hanin dulu ya."

"Eh nggak usah umi, biar Jaerell aja yang ke atas kalau boleh." Izin Jaerell.

"Boleh kok silakan, tapi pintunya buka aja ya."

"Oke umi siap," seru Jaerell.

"Nah ini sekalian bawa ke atas aja ya," ucap Aisyah sambil meletakkan kembali makanan dan minumannya tadi di atas nampan.

Jaerell membawanya perlahan, Aisyah memperhatikan dari bawah sambil memantau Jaerell dan Hanin. "Hei hoo Hanin," sapa Jaerell lalu meletakkan nampan yang di bawanya tadi di atas nakas.

"Oh ya nih ada teh hangat sama bolu keju kesukaan kamu dari umi," ucap Jaerell.

"Makasih," jawab Hanin lalu gadis itu mengambil satu potongan bolu, Jaerell mengambil kursi belajar Hanin dan duduk di sebelah ranjang.

"Han."

"Em?"

"2 minggu nggak ketemu aku, kangen nggak?"

"Nggak," jawab Hanin lalu tertawa kecil.

"Ih sebel deh."

"Kangen kok, dikit," gumam Hanin lalu tersenyum kecil yang membuat pipi Jaerell memerah.

"Eh Han tebak deh 2 minggu ini aku udah banyak perubahan lho."

"Makin banyak belajar," sahut Hanin.

"Kok tau?"

"Gabriell yang bilang," jelas Hanin.

"Ih kamu mah udah deket Juna, deket juga sama Gabriell."

"Kan temenan," ucap Hanin.

"Iya juga sih, tapi jangan deket banget," ucap Jaerell lucu.

"Lho kenapa?"

"Aku cemburu," jelas Jaerell dengan bibir yang mengerucut.

"HAHAHAHA APAANSIH GEMES BANGET DEH!" ucap Hanin yang menaikkan suaranya sampai 2 oktaf.

"Heh! Nanti di denger tetangga!"

"Aduhh baru kali ini aku teriak," celetuk Hanin yang membuat Jaerell tertawa.


Suamiku Mualaf [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang