Hanin sudah berada di depan bandara dengan kedua orangtuanya, gadis itu menghampiri rombongannya yang sedang menunggu dirinya.
"Hanin," tegur Zahwa dan segera menghamburkan pelukannya pada sahabatnya itu, tentunya Hanin membalas pelukan Zahwa.
"Aku bakal rindu kamu," ucap Zahwa dengan genangan air mata.
"Aku juga Zah, kamu yang baik di Thailand ya," sahut Hanin lalu melepaskan pelukan Zahwa dan menangkup kedua pipi sahabatnya itu.
Beberapa detik kemudian keduanya saling melepaskan pelukan masing-masing karena pemandu untuk rombongan internasional scholarship ke Thailand sudah memberi arahan untuk segera check in.
"Sampai ketemu lagi!" ucap Hanin sambil melambaikan tangannya pada Zahwa.
Hanin mendekati pemandunya untuk absen setelah itu ia kembali lagi mendekat pada kedua orangtuanya.
"Temen kamu yang kamu ceritain itu mana?" tanya abi.
"Masih di jalan kayaknya deh abi."
"Ohh gitu."
Tidak lama itu ada mobil hitam yang berhenti yang tak jauh dari Hanin dan rombongannya berdiri, rupa-rupanya itu adalah Juna dan juga Mama-nya.
"Hai Hanin."
"Hai."
"Om, Tante," sapa Juna ramah pada kedua orangtuanya Hanin.
"Absen dulu Na sama miss-nya," ucap Hanin dan Juna mengangguk.
Setelah Juna absen, mereka semua berpamitan dengan orangtua mereka masing-masing, tetapi ternyata ada satu orang yang belum kembali dari toilet yang berasal dari sekolah lain jadi mau tak mau pemandu itu harus mencari dahulu kemana muridnya yang tadi izin ke toilet. Sekitar 7 menit sang pemandu alias Miss Tya kembali dengan seorang anak laki-laki yang ternyata adalah murid dari SMA Harapan Cempaka putih tempat di mana Hanin ujian UTBK waktu itu. Semua sudah membawa barang pegangan masing-masing dan segera masuk ke dalam untuk check-in.
© © ©
Hanin menghentikan langkahnya begitu juga dengan Juna yang berada di depan Hanin, Gadis itu memutar badannya dan melihat seseorang yang berlarian dengan napas memburu.
"Aerell??"
"B-bear"
"Are u okay?"
"Aku merasa lebih baik karena udah ngeliat kamu sekarang, kamu alasan hilangnya kegelisahan dan juga munculnya kegelisahan aku," ucap Jaerell.
"I'm so sorry."
"Nggak Hanin, kamu nggak salah emang akunya aja yang egois."
"Hanin, kalau boleh putar waktu aku mau banget kembali lagi ke masa di mana aku baru dekat sama kamu."
"Bukan waktu kamu nemenin umi ke rumahku, tapi waktu di Bandung saat kita kecil dulu, kamu satu-satunya orang yang mau berteman sama aku apa adanya."
"Aku rindu hal itu Han, aku nggak pernah lupa sama kenangan kecil itu."
"Please jangan lupain aku, jangan ubah sikap baik dan ketulusan hati kamu," sambung Jaerell.
"Please jangan cabut kesempatan untuk aku berada di hatimu Han, kamu alasan terbesar kedua setelah diriku sendiri untuk terus bangkit dan membuang sikap burukku."
"Aerell, a-aku gabisa."
"Kamu bisa Han, aku yakin kamu bisa okay?"
"K-kita jelas beda Jae, t-tolong jangan beri aku harapan lebih."
"Nggak Hanin, kita udah sama tinggal tunggu waktunya."
"Please banget, sisakan satu ruang di hatimu untuk aku ya?" ucap Jaerell dengan permohonan bahkan matanya sudah memerah karena menahan air mata.
"Please give me a chance until we meet again,I really beg you, because you are my reason to get better," lanjut Jaerell denganmata berkaca-kaca.