||40||

467 42 6
                                    

Terdengar suara isak tangis yang tertahan, Gracia tahu pasti temannya ini sedang ada masalah sampai-sampai membuat Hanin harus menahan tangisannya supaya tidak keluar begitu saja.

"Semua orang punya masalah kok," ucap Gracia dengan tiba-tiba yang membuat Jack menoleh dan melihat kedua gadis di sebelahnya.

"Bahkan aku juga punya masalah, banyak banget sampe numpuk kayak gunung Bromo," lanjut gadis berambut pendek sebahu itu yang membuat Jack tersenyum kecil.

"Aku nggak tahu masalah kamu seberat dan sebanyak apa tapi, kalau kamu mau aku sama Jack siap dengerin kamu cerita, ya walaupun mungkin kami nggak bisa bantu banyak tapi, siapa tahu kami bisa memberi saran yang baik untuk meringankan masalah kamu," sahut Gracia sambil mengusap bahu kanan Hanin.

"Kalau kamu nggak mau cerita juga kita nggak masalah kok, tapi kalau kamu butuh apa-apa bisa bilang ke aku atau nggak Jack ... iyakan Jack?"

"Hah? I-iya, iya."

Hanin mengeluarkan kepalanya dari dalam tas, lalu mengusap air matanya dengan tisu pemberian Juna kemarin.

"Jack, kamu tau Jaerell 'kan sama geng-nya itu?" tanya Hanin pada Jack yang membuat lelaki itu bingung.

"Tau, kenapa?"

"Yang kulitnya putih pucat kayak albino itu siapa sih?" tanya Hanin.

"Yael."

"Ngeselin banget!" gerutu Hanin yang membuat Jack terkejut.

"Emang dia ngapain lo?" tanya Jack.

"Nggak ngapa-ngapain cuma omongannya nyakitin banget," sahut Hanin sambil melipat tangannya di depan dada.

Jack tertawa kecil. "Iya bang Yael emang gitu kalo udah ngomong."

"Emang lo ada masalah apa sama bang El?" tanya Jack.

"Jaerell kemarin berantem sama rombongan kak Kevin, trus Jaerell pingsan karena punggungnya dipukul pake kayu sama orang nggak dikenal dari belakang," jelas Hanin.

"Terus?" tanya Gracia yang ikutan kepo.

"Sampe di rumah sakit, si Yael itu marahin aku, kalo Jaerell semenjak dekat sama aku dia jadi nggak nurut sama abang-abangnya. Padahal aku aja nggak tau kalo Jaerell punya abang," jawab Hanin lalu mencebikkan bibirnya kesal, Gracia mengusap bahu Hanin.

"Bang El emang gitu kalo udah berurusan tentang Jaerell."

"Ya tapi 'kan aku nggak tau apa-apa kok asal nuduh aja."

"Yang sabar, diemin aja nanti dia minta maaf sendiri kalo udah tau yang sebenarnya kayak gimana," sahut Gracia.

© © ©

Gracia dan Hanin berdiri didekat gerbang menunggu jemputan masing-masing sambil bercanda tawa ringan yang mampu melupakan sedikit kekesalan Hanin pagi tadi.

Kemudian ada motor sport berwarna hitam yang berhenti di depan mereka. Orang di atas motor itu membuka helm-nya lalu menyisir rambut hitamnya ke belakang. Hanin menunduk berusaha mengalihkan pandangan karena orang yang di hindarinya malah muncul sekarang di hadapannya.

"Bang El?" panggil Gracia tak percaya.

"Cepet naik," suruh Yael datar.

"I-iya bang iya."

"Hanin, a-aku pulang duluan ya, kamu gapapa 'kan sendiri?"

"Iya gapapa."

"Maaf ya Han, maaf banget," ucap Gracia yang panik.

"Iya santai aja, hati-hati ya."

"Iya Hanin makasih."

"Gracia cepetan!" bentak Yael.

"Iya bang ... Iya," ucap Gracia lalu memakai helm yang diberikan abang tirinya itu.

"Pegangan, ntar jatuh gue nggak tanggung jawab!" ucap Yael ketus yang membuat Gracia langsung menuruti ucapan abangnya itu walaupun sebenarnya ia sedikit ragu dengan perlakuan hangat Yael.


Suamiku Mualaf [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang