Juna masuk ke basecamp mereka, ternyata semua orang sedang berkumpul. Juna mengerutkan kedua alisnya lalu menutup pintu dan bergabung dengan temannya yang lain. Sergio yang sibuk makan keripik ubi sambil bermain handphone, Raefal yang sibuk membaca buku, Yael yang sedang mendengarkan lagu sambil terpejam, Romero yang sedang melukis di kanvas kecil, Jaerall yang hanya diam melamun, dan Gabriell yang sibuk bermain game online.
Juna ikut duduk di sebelah Romero, Jaerell menatap Juna tajam, tetapi Juna menghiraukan tatapan tajam Jaerell. Juna tahu pasti Jaerell melihat instastrory-nya tadi bersama Hanin. Yael melepaskan earphone-nya sambil meregangkan otot-otot badannya lalu tidak sengaja melihat Jaerell dan juna saling menahan emosi yang mungkin sebentar lagi akan meledak.
Yael menyenggol Raefal yang ada di sebelahnya, Raefal yang tadinya tenang membaca buku tiba-tiba berdecak kesal karena mood bacanya tiba-tiba hilang karena Yael yang menyenggolnya. Yael mengarahkan matanya ke Jaerell dan Juna, Raefal menutup bukunya dan mengikuti arah pandangan Yael. Raefal berdehem untuk memecahkan keheningan, Juna dan Jaerel langsung pura-pura tidak melihat, Raefal mengode semua temannya untuk keluar ruangan.
Juna ikut-ikutan menuruti perintah Raefal tetapi Yael lebih cepat menahan Juna supaya kelinci bongsor itu tidak keluar, Jaerell tetap tenang duduk di tempatnya. Karena, ia memang butuh bicara empat mata dengan juna. Yael menuntun Juna untuk duduk di hadapan Jaerell dan Yael keluar menyusul yang lain.
Hal itu biasa mereka lakukan kalau mereka ada masalah, membiarkan keduanya di dalam satu ruangan supaya mereka berpikir sendiri apa yang harus mereka lakukan dan bahkan mereka membiarkan kalau keduanya akan berkelahi nanti. Siapa yang membuat masalah harus mampu mengatasi risikonya sendiri. Mau sebabak belur apapun mereka tidak akan memisahkan keduanya, jadi itulah kenapa mereka jarang membuat masalah karena, mereka tidak mau babak belur hanya karena masalah sepele. Jaerell menunggu Juna membuka suara, tetapi Juna terlalu takut untuk memulai pembicaraan, sebab Jaerell kalau sudah marah bisa membuat bola mata kita lepas karena takut menatap matanya.
Jaerell tetap diam, ia benar benar menunggu Juna yang bicara duluan, Jaerell ini tipe orang yang sangat sabar tetapi kalau sudah masalah cemburu, Jaerell paling tidak bisa mengontrol emosinya. Juna yang tidak tahan dalam keadaan diam seperti ini pun mulai memberanikan diri untuk membuka suaranya, Juna menarik napasnya pelan dan mengembuskannya, ia harus benar-benar siap bicara dengan monster Jaerell.
"Bang," panggil Juna lembut. Kalau sedang dalam keadaan seperti ini Juna pasti akan memanggil Jaerell dengan embel embel 'abang'.
Jaerell hanya menatap Juna. "Maaf kalo lo cemburu, tapi suer sampe celana bang Gio melorot sendiri gue nggak niat mau ngerebut Hanin dari lo kok, gue nggak sengaja ngeliat dia di halte dekat perpustakaan pusat, jadi gue ajak aja kasian dia sendirian di situ ntar ada apa-apa, gue udah antar dia pulang kok," jelas Juna panjang lebar dengan nyawa yang nyat nyut nyat nyut karena agak takut juga berbicara seperti itu dengan Jaerell.
"Maaf ya bang, lain kali gue izin deh sama lo kalo mau ngajak Hanin pergi." Jaerell mengerutkan dahinya lalu terkekeh, Romero yang mendengar percakapan itu dari luar pun ikut tertawa.
"Takut banget kayaknya Nana sama Jaerell," ucap Romero sambil tertawa khas kuda-nya yang membuat Yael ikut tertawa.
"Belum jadian aja Jaerell udah secemburu itu," celetuk Gabriell.
"Nggak bakal jadian sih kata gua," jawab Sergio menengahi kata-kata Gabriell.
"Gue bingung, maunya Jaerell tuh apa sih, heran gue," ucap Romero.
Raefal dan Yael hanya diam menyimak percakapan teman-temannya. Di dalam ruangan itu Jaerell tertawa kecil, Juna yang bingung pun bergidik ngeri melihat tingkah Jaerell barusan.
"Gue nggak cemburu banget, cuman takut aja lo nikung gue secara lo lebih ganteng dari gue, lo lebih tinggi dan lebih berkharisma dari gue," cetus Jaerell merendahkan dirinya. Juna tersenyum kecil. "Bang, lo sempurna kok cuman lo aja yang takut kalo ucapan lo nggak sesuai sama pikiran orang lain."
"Mau nonjok gua nggak bang?" goda Juna.
"Kaga elah ngapain, gue nggak sebodoh itu cuman gara-gara satu cewek masa gue mau nonjok sahabat baik gue," jawab Jaerell yang membuat Juna tersenyum dan menampakkan gigi kelincinya yang imut.
"Lo maapin gue 'kan?" tanya Juna.
"Nggak!" ucap Jaerell yang membuat Juna melunturkan senyumannya.
"Ya lo nggak salah, gue-nya aja kebaperan, lo juga udah jelasin semuanya, santai aja." lanjut Jaerell dan menghampiri Juna untuk menepuk pundak lelaki itu. Jaerell berjalan ke pintu dan membukanya.
Juna tersenyum tipis, mereka yang ada di luar segera masuk ke dalam dan kembali duduk di tempat mereka semula. "Kelar?" tanya Raefal ke Juna dan Jaerell bergantian.
"Kelar bang," jawab mereka berdua bersamaan.
"Bagus."
Romero menatap Gabriell curiga. "Gabriell?" panggil Romero.
"Ya bang Ro?"
"Lo chattan sama siapa?" tanya Romero mengantisipasi.
"Temen bang."
"Ohh."
Setelah itu Romero sedikit mengintip isi handphone Gabriell, Romero melotot tak percaya tetapi ia tidak mau gegabah dan membiarkannya saja. "Semua pasti bakalan ketauan mau lo umpetin kayak gimanapun" pikir Romero.