||50||

446 40 12
                                    

Hanin dan Juna sudah menentukan tanggal pernikahan mereka, undangan sudah disebar. Juna memutuskan untuk menikahi Hanin sebelum ia tamat kuliah dengan syarat yang diberikan abinya Hanin waktu itu. Saatnya yang dinanti Juna sejak lama terkabul, ia duduk berhadapan dengan abi Hanin dan juga saksi hingga penghulu di samping kanan dan kiri.

"Saudara Juna Dahmatiar bin Mack Dahmatiar, Saya nikahkan dan saya kawinkan engkau dengan anak saya yang bernama Queen Hanin dengan mas kawinnya berupa emas 7 suku dibayar tunai."

"Saya terima nikahnya dan kawinnya Queen Hanin binti Muhammad Adam dengan mas kawin tersebut tunai," ucap Juna dengan lancar.

"Para saksi sah?"

"NGGAK SAH!"

"Astaghfirullah ... mimpi," gumam Jaerell sambil mengusap kepalanya yang terkena ujung meja lampu tidurnya.

"Kirain beneran, udah keringet dingin gini," lanjut lelaki itu sambil mengusap kepalanya, ia beranjak dari kasurnya dan menghampiri laci kecil untuk mengambil minyak gosok dan menggosok kepalanya pelan.

© © ©

"Ersya bentar deh," ucap Azzara membisiki gadis itu.

"Apa?"

"Tuh liat, bukannya itu tunangannya abang lo? Iyakan yang waktu itu lo tunjukin fotonya," lirih Azzara.

Ersya memicingkan matanya. "Lho iya!"

"Kok dia jalan sama cowok lain sih?" ucap Joyita yang ikutan nimbrung.

"Mungkin aja kakaknya," sahut Kinara.

"Dia anak tunggal," jawab Ersya.

"Kayaknya dia selingkuh deh dari abang lo," celetuk Azzara.

"Yakali cuy nyelingkuhin abangnya ersya yang super cakep, polisi lagi!" sahut Joyita

"Foto aja, kirim ke abang lo biar abang lo yang urus," saran Kinara, Ersya langsung cepat mengeluarkan ponselnya dan memotret tunangan Jaerell diam-diam.

© © ©

Hanin sedang berada di dalam Rumah Sakit tempat di mana para calon dokter gigi akan bekerja, ia meremat kedua tangannya sendiri karena gugup dengan ucapan yang akan terlontar di mulut pengujinya ini.

"Queen Hanin?"

"Iya bu."

"Saya perhatikan selama kamu tes ini berjalan dengan baik dan semuanya benar ya, keramahan kamu dengan anak-anak juga sangat baik kamu juga sabar dan mampu membuat mereka tenang dan tidak takut untuk diperiksa giginya."

"Jadi disini saya nyatakan kamu ... Diterima seleksi."

"Alhamdulilah, serius bu?"

"Iya."

"Ya Allah, terimakasih banyak bu."

"Sama-sama ... Setelah ini kamu silakan ke Dokter Gredan untuk konfirmasi ya, ini pakaian kerja kamu nanti," ucap ibu penguji itu sambil memberikan Totebag berisi pakaian kerja untuk Hanin.

"Kalau boleh tau saya sudah mulai kerja di sini kapan bu?" tanya Hanin.

"Lusa ya, tapi masih diawasi oleh Dokter Gredan."

"Baik bu terima kasih, kalau begitu saya ke ruangan Dokter Gredan dulu," ucap Hanin sopan lalu pergi ke ruangan Dokter Gredan.

Saat di depan pintu ruangan Dokter Gredan, jantung Hanin rasanya berpacu sangat cepat karena ia sangat tidak menyangka bila praktiknya selama seminggu ini diterima. "Permisi"

"Iya masuk," ucap dokter itu.

"Silakan duduk."

"Terima kasih dokter."

"Dengan saudari Queen Hanin?" tanya sang dokter.

"Iya dokter, benar."

"Bisa saya lihat surat keterangannya?" tanya dokter Gredan lalu Hanin memberikan surat keterangan lulus praktiknya ke dokter Gredan.

"Bagus, tidak salah ekspetasi saya ke kamu, mulai lusa kamu bisa kerja di sini dan akan saya awasi lalu, senin depannya kamu akan dilantik dengan para pekerja lainnya ya dan nanti saya akan berikan surat undangan untuk orangtua atau wali di grup ya."

"Baik dokter."

"Oke, saya harap kamu konsisten dan dapat diandalkan."

"Aamiin dokter, kalau begitu saya permisi dok."

"Eh tunggu."

"Iya dok?"

"Save back nomor saya ya," ucap dokter Gredan yang membuat Hanin hanya bisa mengangguk.


Suamiku Mualaf [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang