||06||

1.1K 102 6
                                    

Hanin berniat menyusul Zahwa namun niatnya tidak jadi karena ada sesuatu di atas meja yang tergeletak begitu saja. Sebuah buku yang menarik perhatian matanya, sebuah buku yang cover-nya menampakkan seorang pria yang memegang kalung salib sedangkan di sebelahnya ada wanita berhijab yang memeluk Al-Quran. Hanin menyeret ke belakang kursi yang ada di bawah meja dan ia meraih buku itu lalu membacanya.

Karena terlalu serius membaca, Hanin sampai tidak sadar kalau ada Jaerell di sebelahnya yang juga ikut-ikutan membaca, sampai akhirnya Hanin menyadari ada seseorang di sebelahnya.

"Astaghfirullah Jae." Kaget Hanin yang refleks menjauhkan wajahnya dari hadapan Jaerell, lelaki itu hanya menyengir saja.

"Ngagetin aja, ngapain sih? datang tiba-tiba gak ada salamnya," kesal Hanin.

"Eh gak boleh marah-marah, kena bujuk setan nih berarti," goda Jaerell.

Hanin menggelengkan kepalanya lalu istighfar banyak-banyak yang membuat Jaerell tersenyum lalu membenarkan posisi duduknya.

"Baca apa sih? serius banget," seru Jaerell sambil menatap lawan bicaranya sedangkan Hanin tetap fokus dengan buku yang tadi ia baca.

"Baca buku," jawab Hanin singkat.

"Ih masih marah ya? jangan marah dong nanti cantiknya ilang lho." Rayu Jaerell dengan senyum manis.

"Enggak," jawab Hanin.

"Yakin?"

"Iya enggak marah, udah dimaafin," ucap Hanin sambil membalik ke halaman selanjutnya.

"Oke deh."

Kemudian suasana menjadi sunyi, namun Jaerell tidak hilang akal dan tetap berusaha mencairkan suasana. "Nanti abis dari perpus mau ke mana?" tanya Jaerell.

"Kelas."

"Terus ngapain?"

"Belajar 'lah"

"Emang pelajaran siapa?"

"Pak Dimas."

"Sejarah ya?" tanya Jaerell dan Hanin hanya mengangguk.

"Kamu pulang ke mana?"

"Ke rumah," jawab Hanin sambil menahan tawa.

"Ternyata bisa ngelawak juga ya Hanin ini."

"Emangnya gak boleh?"

"Boleh kok ... kirain aku, kamu bisanya bikin aku jantungan aja."

"Serem dong," sahut Hanin masih sambil membaca buku di tangannya. Jaerell hanya tersenyum geli saat masih asyik membaca, suara Zahwa masuk ke pendengaran Jaerell dan Hanin.

"Hanin, kamu mau ke kelas?" tanya Zahwa.

"Eh iya, ayo deh, sekalian mau pinjam ini juga," ucap Hanin lalu merapikan kursi tempatnya duduk dan memegang buku tadi.

"Jae gak ke kelas?" tanya Hanin lembut yang membuat hati Jaerell buyar ke mana-mana.

"I-ya ini mau ke kelas," jawab Jaerell gugup.

"Mau bareng?" tanya Hanin.

"Boleh?" tanya Jaerell lalu Hanin menoleh ke Zahwa meminta persetujuan.

"Enggak-enggak, nanti jadi omongan orang, emang gak bisa ke kelas sendiri apa?" ketus Zahwa yang membuat Hanin jadi tidak enak sendiri.

Hanin meletakkan buku di meja terdekat Lalu, Hanin menarik Zahwa agak menjauh dari Jaerell.

"Zahwa gak boleh gitu," lirih Hanin.

"Kamu kenapa sih? emang pantes dia digituin, dia itu gak cocok mau disandingin sama kamu, gak usah bela-bela dia lagi," sela Zahwa yang membiarkan suaranya di dengar oleh Jaerell.

Suamiku Mualaf [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang