||32||

376 45 6
                                    

Hanin dan Jaerell duduk berhadapan di kantin sekolah sedangkan di sebelah Hanin ada Zahwa yang sibuk menyeruput es jeruknya sambil sesekali memperhatikan apa yang diobrolkan oleh Hanin dan Jaerell.

Hanin yang sedari tadi hanya tertawa kecil karena mendengar lelucon Jaerell hingga mata kecil Jaerell menyipit sambil tersenyum gemas karena Hanin yang terlalu lucu di matanya.

Sekumpulan adik-adik kelas 10 memperhatikan keduanya yang asik mengobrol, mereka berbisik-bisik menilai Hanin yang menurut mereka centil. "Liat nggak tuh, pas sama kak Jaerell aja centil banget hahaha, coba sama cowok lain yang deketin dia? Sok cuek gitu eww banget deh," ejek salah satu adik kelas yang berada tidak jauh dari tempat Hanin duduk, Zahwa yang tentunya mendengar cemooh itu langsung mencari sumber suara dan menghampirinya.

"Eh Zahwa mau ke mana?" tanya Hanin yang melihat Zahwa bangkit dari kursinya, rupa-rupanya gadis itu datang menggebrak meja orang yang dari tadi membicarakan hal buruk tentang Hanin.

"Eh copot ayam copot!" seru ibu kantin yang sedang menggoreng ayam saat beliau mendengar suara keras dari meja yang dipukul kuat.

"Masalah lo apa sama gue!" ucap adik kelas itu yang tidak terima kalau Zahwa mengejutkan dirinya dan teman-temannya, semua mata orang di dalam kantin tertuju pada mereka, sedangkan Hanin dan Jaerell sudah datang mendekat ke Zahwa karena takut-takut kalau nanti Zahwa membuat pipi anak orang jadi membiru.

"Lo yang ada masalah apa sama temen gua hah? Baru juga masuk sini udah sok ngejelekkin kakak kelas, hebat lo kayak gitu? Lo pikir orang orang di sini bakal sanjung sama lo kalau misalnya lo ngatain kakak kelas lo sendiri hah?!" balas Zahwa seram yang membuat orang-orang bergidik ngeri.

"Udah Za," ucap Hanin sambil memegangi bahu Zahwa.

"Nggak bisa gitu Han, nanti dia ini sama temen-temennya makin kurang ajar! Berani-beraninya ngejek kamu, emang lo udah bisa sebaik Hanin? Sampe ngatain Hanin yang enggak-enggak lagi!" protes Zahwa.

"Haha maaf ya, kakak itu cantik aja tapi sayang centil," ejek adik kelas itu lagi yang tidak mengindahkan protes Zahwa.

"LAH DIA CENTIL AJA CANTIK APA LAGI NGGAK CENTIL? TAMBAH CANTIK DONG!!" teriak para cowok-cowok yang ternyata dulu pernah mengungkapkan cinta mereka ke Hanin namun, ditolak mentah-mentah oleh Hanin. Seisi kantin tertawa mendengar jawaban dari para cowok-cowok itu, Hanin tersenyum kecil hingga Jaerell dan Zahwa juga ikut menahan tawa.

"Awas ya kalo lo berani ngomongin yang bukan-bukan lagi tentang Hanin, lawan lo bukan cuma gue tapi seantero sekolah yang bakal lo lawan!" ucap Zahwa memperingati lalu mereka kembali duduk ke tempat mereka masing-masing, sedangkan adik-adik kelas itu buru-buru pergi dari kantin.

"Adek kelas kayak gitu emang harus dilawan sih biar mereka tau diri juga," ucap Jaerell, Zahwa mengangguk setuju.

"Kamu tumben nggak sama Juna? Terus siapa tuh satu lagi yang rambutnya norak?" tanya Hanin pada Jaerell

"Juna mabar sama anak kelas, namanya Gabriell si rambut biru," ucap Jaerell sambil terkekeh kecil karena mendengar ucapan Hanin yang berkata bahwa rambut Gabriell itu norak.

"Terus sekarang mana? Biasanya sama kamu 'kan?" tanya Hanin yang membuat Jaerell terdiam.

"Lagi berantem ya?" tebak Hanin yang membuat Jaerell mengangguk kecil.

"Soal apa?" tanya Zahwa kepo.

"Heh nggak boleh kepo," ucap Hanin.

"Gapapa siapa tau bisa bantu," ucap Zahwa.

"Itu ternyata Gabriell pacaran sama Emma, pas aku masih pacaran sama Emma juga."

"Oh jadi kamu cemburu?" tanya Hanin yang membuat Jaerell menggeleng cepat.

"Bukan gitu, kalau soal Emma-nya ya gak masalah, maksudnya itu si Gabriell-nya kalo emang dia suka ya bilang dari lama jadi aku ga perlu nerima Emma jadi pacar aku," jelas Jaerell.

"Sekarang kalian masih pacaran?" tanya Zahwa penasaran.

"Udah putus beberapa hari yang lalu," jawab Jaerell.

"Ohh gitu," balas Hanin dan Zahwa.

© © ©

Hanin dan Jaerell sudah sampai di toko buku terbesar di Jakarta, mereka berjalan menaiki tangga hingga mereka sampai di lantai tiga. Hanin mengeluarkan handphone-nya dan menghubungi umi bahwa dirinya sekarang ada di toko buku karena menemani Jaerell yang mau membeli buku.

Jaerell mencari keberadaan Hanin yang sudah tidak ada di sebelahnya lagi melainkan sudah berdiri di lemari-lemari buku yang berisi tentang TOEFL dan IELTS.

Jaerell tersenyum kecil lalu menghampiri gadis itu. "Kamu mau beli ini?" tanya Jaerell pada Hanin.

"Iya."

"Buat apa? Nanti ujian kita ada tes TOEFL sama IELTS ya?" tanya Jaerell penasaran.

"Aku mau kuliah di luar negeri."


Suamiku Mualaf [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang