||38||

361 43 7
                                    

Gadis itu memeras kotak pensil yang ada di tangan kanannya, bola matanya membesar saat melihat Jack yang berjalan ke arahnya dan duduk tanpa permisi di kursi kosong sebelahnya.

"Jack 'kan ya?" tanya Hanin memastikan.

"Hm," jawab Jack singkat.

"Gue kira sendirian gue di sini, nggak taunya ada lo juga." Hanin membuka suaranya supaya suasana tidak semakin menegangkan, namun Jack hanya diam tidak merespons. Gadis itu hanya diam menunggu Jack merespon ucapannya, 5 detik berlalu Hanin kembali menghadap ke depan dan memperhatikan kanan dan kirinya yang sepertinya adalah anak yang ambisius terkecuali dengan sekumpulan manusia yang duduk paling depan sampai ke barisan di depan Hanin sangatlah berisik.

Saat Hanin hendak mengambil botol minumnya yang ada di tas, gadis di seberang kirinya menyapanya ramah. "Kamu dari SMA mana?" tanya gadis berambut pendek sebahu itu.

"SMA Bintang Permata 1," jawab Hanin lalu tersenyum.

"Ohh, Jurusan apa?"

"IPA"

"Aku IPS hehe, eh kamu mau kuliah di mana?" tanya gadis itu berbasa-basi.

"Di Qatar, tapi ini cadangan aku ikut ke Yogyakarta."

"Oh ya? Aku juga mau kuliah di sana, waktu SNM aku ikut tapi nggak lolos," jelas gadis itu.

"Nggak apa kok, bukan berarti kamu gagal sepenuhnya ya, masih ada waktu sekarang semoga lolos ya kali ini." Hibur Hanin sambil mengusap pundak gadis itu.

"Aamiin, makasih ya."

"Ngomong-ngomong nama kamu siapa?" tanya Hanin.

"Panggil aja Gracia."

"Oh Hai Gracia, aku Hanin."

"Eh btw, di sini kamu ada sama temen sekolah kamu nggak?" tanya Gracia.

"Ada nih ... Namanya Jack," ucap Hanin lalu memperkenalkan lelaki di sebelahnya ini yang sedang memejamkan mata sambil menutup telinganya dengan earphone.

"Oh gitu, uhm hai Jack," sapa Gracia saat melihat Jack yang sedang melepaskan earphone-nya tetapi, Jack tidak mengindahkan sapaan gracia. Hanin mengangkat bahu saat Gracia bertanya kenapa Jack tidak menyapanya kembali.

© © ©

Pulang dari UTBK hari pertama, Hanin sempat bertukar nomor dengan Gracia katanya supaya bisa saling mengenal dekat satu sama lain.

Hanin tersenyum manis sambil membalas lambaian tangan Gracia.

"BAAAA!"

"Astagahfirullah berdosa kaget ya Allah," ucap Hanin sambil memegangi dadanya yang berdetak dengan cepat karena kejutan dari ketengilan seorang Jaerell.

"Ciee kaget ya? Maaf ya," ucap Jaerell.

"Kok di sini? Nyari siapa?" tanya Hanin.

"Nyari cewek cantik," goda Jaerell yang membuat Hanin membentuk bibirnya dengan huruf 'O'

"Inisialnya 'H', dan aku udah nemu orangnya," lanjut Jaerell yang membuat Hanin celingak-celinguk mencari keberadaan orang yang dimaksud Jaerell. "Mana?" tanya Hanin.

"Ini dia," jawab Jaerell sambil menatap Hanin dengan gemas.

"Oh kirain apaan," ucap gadis itu singkat dengan ekspresi yang biasa saja padahal rasanya jantungnya ingin keluar dari tempatnya sekarang juga.

"Ayo pulang bear."

"Aku sama abi," ucap Hanin.

"Tenang aja, aku udah telepon abi kamu buat izin jemput kamu," kekeh jaerell.

"Kok kamu tau nomor abi?" tanya Hanin curiga.

"Minta dong sama abi kamu kemarin."

"Ih kapan kok aku nggak lihat?"

"Kepo deh, ayo pulang di sini panas nanti kamu gosong jadi ikan asin," ucap Jaerell lalu memberikan helm lucu untuk Hanin.

Hanin segera naik ke motor Beat Jaerell dengan posisi menyamping karena roknya yang panjang.

Di perjalanan menuju pulang ke rumah Hanin terasa begitu cepat karena obrolan Hanin dan Jaerell yang tiada hentinya membuat perjalanan sangat tidak terasa.

"Aerell, mau mampir?" tanya Hanin lalu memberikan helm yang habis di pakainya.

"Ada abi?" tanya Jaerell.

"Ada kok."

"Oke gas!" ucap Jaerell bersemangat.

"Semangat banget," kekeh Hanin.

"Iya dong 'kan mau ketemu calon mertua," goda Jaerell sambil memarkirkan motornya yang membuat Hanin tersenyum malu.


Suamiku Mualaf [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang