||13||

739 71 3
                                    

Jaerell bersandar di mobil orang sambil menunggu kedatangan seseorang yang sangat ia nanti. Supaya tak bosan, ia menegur siswi-siswi dan menggombalinya. Keseluruhan dari mereka adalah adik kelas yang memang menyukai Jaerell.

"Hai cantik," sapa Jaerell pada rombongan adik kelas dengan tatapan menggoda, mereka yang disapa olehnya hanya tersenyum malu. Sampai-sampai ada yang langsung lemas karena senyum manis Jaerell yang membuat mereka tidak dapat menahan gejolak di hati .

Tidak bosan-bosan Jaerell menjahili setiap gadis yang lewat di depannya, sampai akhirnya yang ia tunggu-tunggu datang juga. "Hai bidadari calon penghuni surga," sapa Jaerell sambil berjalan mendekat ke arah Hanin.

Qanita dan Azhel menyiku Hanin sambil tersenyum-senyum sedangkan Zahwa memutar bola matanya malas melihat kelakuan Jaerell. Hanin hanya tersenyum tipis sambil mengucapkan kata 'aamiin' di dalam hatinya, siapa sih yang tidak mau masuk surga?

"Pinjem Hanin bentar ya," ucap Jaerell lembut lalu mengajak Hanin agak menjauh dari Qanita, Azhel, dan Zahwa.

"Ada apa Jae?" tanya Hanin to the point.

"Hari ini kamu puasa gak?" tanya Jae.

"Iya puasa, kenapa?"

"Besok puasa juga?" tanya Jae.

"Enggak tapi hari kamis baru puasa lagi," jawab Hanin.

Jae tampak berpikir sejenak. "Uhmm gak puasa nabi Daud ya?" tanya Jae lagi.

"Nggak."

"Hari kamis aku boleh ikut puasa?" tanya Jae.

"Boleh kalau kamu sendiri yang mau," jelas Hanin dan Jaerell tersenyum tipis.

"Ada apa? Kok tiba-tiba pengen puasa?" tanya Hanin penasaran.

"Pengen nemenin kamu puasa." gombal Jaerell.

"Haha gak perlu repot-repot kok, nanti kamu gak sanggup kalo gak tahan."

"Nggak kok, aku serius mau temenin kamu puasa, nanti sahurnya bareng-bareng."

"Ketemuan gitu maksudnya?"

"Nggak, kita video call aja." Kekeh Jae.

"Trus pas kamu sholat sama ngaji aku tungguin tapi masih video call," sambung Jaerell.

"Boleh gak?" tanya Jaerell.

"Gak bisa janji ... Liat hari kamis ya ada abi atau enggak," jawab Hanin.

"Oke," ucap Jaerell dengan senyuman yang merekah.

Suamiku Mualaf [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang