"Mas," panggil Hanin.
"Hm?"
"Kenal sama kak Emma itu ya?" Hanin yang menyebut nama Emma membuat Rizky berhenti makan dan beralih menatap Hanin dengan serius.
"Kenal," sahut Rizky.
"Dulu, Emma itu pernah suka sama mas," lanjutnya yang membuat Hanin tersedak.
Rizky memberikan Hanin air untuk minum. "Kamu gapapa?" tanya Rizky sambil mengusap punggung Hanin.
"Hanin gapapa," jawab Hanin.
"Lanjutin aja mas gapapa," lanjut Hanin.
"Waktu mas PPL mas dapat ngajar di SMP tempat Emma sekolah di Yogya."
"Emma suka sama mas, tapi mas gak gubris sih karena gak tertarik juga, lagian namanya juga anak SMP, jadi mas maklum lah ya."
"Eh dia keterusan sampe mas mau selesai PPL dia ngungkapin perasaannya ke mas di depan banyak orang," sambung Rizky.
"Terus-terus??" tanya Hanin antusias.
"Ya mas tolak 'lah, sampe situ dia gak pernah negur mas lagi. Ya mas biasa aja, mas juga pas nolak dia ngomong kata maaf kok jadi mas gak salah 'kan?"
"Hmm gitu, Abis itu?"
"Yaudah gitu aja."
"Umurnya 21, percaya gak kamu?" sambung Rizky.
"Percaya aja sih, karena katanya kak Emma itu gak naik kelas 2 tahun."
"Eh tau dari mana kamu?"
"Dari Zahwa, dia kan update anaknya"
"Oalah, yaudah abisin gih terus itu kita jalan lagi," ucap Rizky dan Hanin mengangguk.
© © ©
Jaerell pergi mengantarkan Emma pulang, ia hanya mengantarkan Emma sampai di depan pagar saja.
"Aku gak suka ya kalo kamu kayak tadi!" bentak Emma pada Jaerell.
"Masa ngajak aku makan di pinggiran, kamu anak orang kaya bukan sih?!" ketus Emma. "Mana aku ketemu Rizky lagi," desis Emma lagi.
"Pokoknya aku gak mau kalo kamu ngajak aku jalan ke tempat kayak gitu lagi, aku tuh gak level kalo main ke sana."
"Kan kamu yang ngajak jalan," gerutu Jaerell.
"Iya tapi gak ke sana! Tempatnya kumuh gitu jorok tau."
"Lo aja sok bersih," gumam Jaerell.