Pada akhirnya yang bertahan akan lelah dan yang berjuang akan memilih untuk melepaskan.
-o0o-
Adira mengeliat dalam tidurnya. Matanya terbuka setengah sadar, nyawanya belum terkumpul semua. Tangannya terulur meraih benda disampingnya memeluknya erat, aroma maskulin membuat rasa kantuknya kembali.
"Nyenyak ya," suara sindiran halus tersebut membuat Adira seketika tersentak dengan setengah nyawa yang baru terkumpul, Adira berusaha bangun.
Garpa terkekeh melihat wajah sayup-sayup Adira yang bangun karna terkejut. Ia berjalan mendekat ke sisi rajang mengambil alih guling yang awalnya di peluk oleh sang empu.
Bugh.
Dengan isengnya ia memukul wajah Adira dengan guling ditangannya membuat Adira kembali berbaring di ranjang.
"Bangun, ke enakan di kasur gue," ledek Garpa.
"Garpa," keluh Adira dengan suara khas bangun tidur, bahkan nyawanya belum terkumpul semua membuatnya kesal.
"Bangun, dasar kebo!"
"Sialan, gue capek banget tau gak." Adira melemparkan bantal tepat kearah Garpa yang dengan sigap di tangkis olehnya.
"Cewek kok ngomong kasar," ujar Garpa.
"Suka-suka gue lah," ujar Adira acuh ia masih setia berada di atas kasur.
"Sayang banget bibir cantik buat ngomong kasar," ucapan Garpa tersebut spontan membuat Adira menoleh. Ulangi ucapan Garpa, bibir cantik?
"Gemesin ya, pengen gue kecup."
"GARPA KOK LO MESUM!" pekik Adira, suaranya mengema keseluruhan penjuru kamar. Bahkan Garpa tak segan-segan menutup kedua telinganya.
"Berisik, mulut lo titisan siapa si?" Garpa mengepalkan tangannya mengisinya dengan udara lalu menempatkan pada telinganya yang malang.
"Titisan Mama sama Papa gue lah! Buatan mereka berdua ini," ujar Adira.
Garpa menaikkan kedua alisnya, "Mau buat juga gak?"
"Enggak makasih," tolak Adira lalu bangkit, baru saja ia berjalan dua langkah tubuhnya berbalik ke arah Garpa.
"Kamar mandi dimana?" tanyanya.
"Itu, butak mata lo!" ujar Garpa sedikit kesal.
Adira menyegir lebar melihat kearah pintu kamar mandi yang berada di kamar Garpa, "Numpang pup!"
Setelah membuat Garpa melongo tak percaya dengan santainya Adira memasuki kamar mandi miliknya, "Sialan, gadis jadi-jadian."
Garpa menggeleng-gelengkan kepalanya ia kembali membereskan kerusuhan yang telah Adira perbuat pada kasur kesayangannya.
"Udah?" tanya Garpa setelah beberapa menit ia menunggu Adira keluar menyelesaikan panggilan alamnya.
"Udah," balas Adira sambil mengelus perutnya. Hal itu lagi-lagi membuat Garpa menggeleng-gelengkan kepalanya, gadis di depannya ini seperti tidak ada beban. Padalhan beberapa jam yang lalu ia menangis sampai terisak-isak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gadira
Teen Fiction"Kita mungkin sama terlahir di dunia dengan telanjang tapi jalan hidup dan takdir kita pasti tak akan pernah sama." Adira gadis yang tak pernah ingin terlahir di dunia, orang tuanya selalu mendesaknya dengan tuntutan nilai yang tertulis di atas sele...