Gadira [part10]

289 78 57
                                    

Stop! bandingkan diri kita sama orang lain, karna kita ga akan pernah sama. Jalan hidup dan takdir setiap orang itu berbeda-beda.

-o0o-

"Bengong mulu mikirin utang," ujar Angga.

Anan mendesis, "Jangan sok tau anda."

Angga terkekeh, "Tumben bengong sampe nyamuk masuk mulut aja ga kerasa."

"Gue bingung kuota gue cepet bener habis," ujar Anan.

Damian menggeleng kepalanya, "Kuota tros!"

"Tampa kuota hidup gue hampar, percuma hp mahal engak ada kuota."

"Kasi sambel biar ga hambar," ujar Angga.

"Garing lo."

"Tik tok boros banget kuota," keluh Anan.

"Ga usah maen kalo gitu," ujar Damian.

"Ga bisa! ada my Bubu."

Angga dan Damian sontak bergidik ngeri, "Jijik anjing!"

Anan menyegir tak berdosa, "Gitu aja baper."

"Baper pala lo somvlak!" desis Damian.

"Jangan asal baper sama orang, move on itu gak gampang. Inget sakit itu diri sendiri yang ngerasain bukan orang lain."

"Inget Angga."

Angga yang disebut namanya menoleh, "Apa?"

"Dengerin Anan," ujar Garpa tiba-tiba.

"Gue dengerin, tapi-"

Angga menjeda ucapannya, "Masuk kuping kanan keluar kuping kiri."

"Percaya sama gue, nanti lo sakit sendiri." Kekeh Anan membujuk Angga.

"Musrik gue percaya sama lo." Ucap Angga.

"Agak sedih ketika lo ngasi nasehat tapi malah ga di perduliin," ujar Damian.

"Ga semua orang butuh nasehat kalik, ada orang yang butuh tangan buat di genggaman, telinga buat di dengar dan-"

Garpa menjeda ucapannya melihat keseriusan teman-temannya yang memerhatikannya.

"Hati untuk di pahami."

-o0o-

Adira berada di luar rumah Garpa semenjak pembicaraan waktu itu mereka kembali seperti tidak kenal, kecuali hanya sebatas teman satu kelas.

Meyakinkan dirinya menekan bel rumah Garpa, menunggu beberapa menit kemudian muncul Bunda Cinta dengan senyum merekah.

"Adira, kok ga bilang mau kesini." Ucap Bunda Garpa sambil menyuruh Adira masuk kerumah.

"Mampir aja Bun tadi," ujar Adira.

"Sering-sering kalo gitu mah," ujar Bunda Cinta di balas anggukan oleh Adira.

"Sebentar, Bunda ambilin minum."

Adira tersenyum simpul melihat beberapa figura dan guci yang berada diruang tamu rumah Garpa.

"Assalamualaikum, Bunda kok pintunya ga di tu-"

Pria matang sekitar umur kepala tiga itu menghentikan ucapannya ketika melihat Adira.

GadiraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang