"Uhuk-uhuk."
Andreas memukul dadanya untuk mengurangi rasa sesak di dadanya, ia memegangi kepala sofa untuk sandaranya.
Menarik nafas dalam-dalam menghembuskan perlahan. Ia sudah tak sanggup lagi menjalani ini semua. Penyakitnya yang setiap hari menjalar ke seluruh tubuh.
Kanker paru-paru yang Andreas alami sudah menginjak stadium tiga, ia terus mencoba berpikir optimis tapi lagi-lagi cepatnya kangker tersebut menyerang membuatnya kembali down.
Kanker paru-paru yang di alami Andreas awalnya tidak menimbulkan gejala hingga kanker tersebut menginjak stadium dua.
Andreas menghela nafasnya mengingat ucapan dokter pribadinya, "Kanker telah menyebar hingga kelenjar getah bening pada area dada antara jantung dan paru. Saluran darah pada area ini kemungkinan juga terinfeksi, kemungkinan kanker juga sudah menyebar ke leher bagian bawah juga sudah menyebar ke bagian leher bawah."
Dokter pribadinya sudah menyarankan agar ia melakukan Terapi Radiasi, Kemoterapi, Imunoterapi, ataupun pembedahan. Tapi Andreas selalu menolak.
Mengingat artikel yang mengatakan kanker mungkin tidak bisa di sembuhkan tetapi bisa di obati membuatnya semakin muak, intinya sama saja ia akan mati.
Andreas memejamkan matanya menikmati rasa sesak yang melanda nya. Hingga suara pintu terbuka menampilkan wajah sumringah Garpa di ikuti dengan Cinta dibelakangnya.
"Tunjukin ke Ayah," ujar Cinta.
Garpa mengangguk mendekati sang ayah dengan membawa sebuah piagam dan piala dikedua tangannya.
"Ayah, aku dapat juara kelas tahun ini." Ucap Garpa dengan sedikit takut berhadapan dengan Andreas.
"Oh iya? coba Ayah liat." Ucap Andreas.
Garpa menyerahkan piagam dan piala ditangannya pada sang Ayah, tak di pungkiri rasa bangga mendalam melihat dua buah benda ditangannya.
"Good jagoan Ayah!" Andreas merentangkan tangannya memeluk Garpa.
"Kata Bu Guru Garpa boleh minta hadiah apa aja sama Ayah Bunda." Ujar Garpa di pelukan Andreas.
"Garpa mau minta apa ke Ayah?" tanya Andreas.
Garpa tampak berpikir hadiah apa yang ia inginkan kali ini. "Minta yang mahal sekalian, nanti pasti dibeliin ayah." Kompor Cinta.
Andreas mengangguk, "Apa aja buat jagoan Ayah."
"Aku engak sekalian mas?" kekeh Cinta.
"Bangkrut aku nurutin mau kamu," canda Andreas.
"Aku mau-" Garpa memotong ucapannya.
"Mau apa, boy?" Andreas menggesekan dagunya di kepala Garpa memeluknya dengan sayang.
"Mau Ayah baru."
"Garpa mau Om Fahri jadi Ayah Garpa juga, boleh kan Yah?" ujar Garpa membuat kedua orang seusia itu diam.
"Jadi nanti Garpa punya dua Ayah, kalo Ayah Andreas sibuk Garpa bisa main sama Ayah Fahri."
Garpa tak tau bahwa ucapan polosnya membuat lubang mendalam di hati Andreas. "Boleh Yah?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Gadira
Teen Fiction"Kita mungkin sama terlahir di dunia dengan telanjang tapi jalan hidup dan takdir kita pasti tak akan pernah sama." Adira gadis yang tak pernah ingin terlahir di dunia, orang tuanya selalu mendesaknya dengan tuntutan nilai yang tertulis di atas sele...