Flashback.
"Yah main bola yok!" ajak seorang anak laki-laki berusia 5 tahun.
"Ayah sibuk." Balasnya pada anak kecil tersebut.
Wajah sumringah anak kecil tersebut berubah menjadi masam. Seorang wanita yang melihat itu menghampiri anaknya, "Main sama Bunda ya?"
"Enggak mau, Bunda gabisa nendang," ujarnya.
"Bisa kok,"
"Bunda kalo nendang bukan bolanya yang melayang tapi sendal Bunda." Keluh Garpa merajuk.
Cinta terkekeh ia memang tak pandai dalam hal olahraga mengelus puncak kepala anaknya.
"Buat Garpa semua Bunda bisa," ujarnya meyakinkan.
Garpa melihat ke arah ayahnya yang sibuk dengan laptop di depannya, ia menatap kesal ayahnya yang slalu menolak bermain bersamanya.
Andreas yang sibuk berkutat dengan laptopnya dikejutkan dengan bola yang melayang kearahnya.
"GARPA!" bentaknya spontan.
"Apa!?" tanya Garpa tak berdosa.
"Kamu ini-- " geram Andreas.
"Mas!" potong Cinta.
"Garpa enggak sengaja mas!" bela Cinta.
"Enggak sengaja tapi pas di laptop aku? aku ini kerja bukan main-main," ujar Andreas.
"Anak ayah Garpa bukan itu!" tunjuk Garpa pada laptop yang sekarang tertutup karena ulah bolanya.
"Ayah enggak pernah mau main sama Garpa!" ujar Garpa kecil dengan naga lugunya.
Cinta menatap jenggah ke arah suaminya beralih pada anaknya yang sudah mulai terisak, "Ayah sibuk sayang, maaf ya."
"Bunda." Garpa memeluk erat sang Bunda menyalurkan rasa takutnya karna bentakan sang ayah.
"Shutt." Cinta menenangkan Garpa di pelukannya.
"Bunda kita tuker ayah aja ya?" pinta Garpa.
"Tuker ayah?" tanya Cinta tak paham.
"Garpa mau punya ayah kaya Om Fahri yang bisa Garpa ajak main," ujar Garpa dengan mata sembab bekas menangis.
"Enggak kaya ayah!" lanjut Garpa lirih.
Andreas mengongak mendengar ucapan anaknya menukar ayah? ia melihat interaksi antara dua orang yang berbeda gender tersebut.
Cinta menggelengkan kepalanya mendengar permintaan anaknya, "Ayah Andreas tetep ayah Garpa enggak ada yang bisa gantiin."
"Tapi Bund-"
"Sayang, yang harus Garpa tau sekarang itu cuma satu. Ayah sama Bunda sayang banget sama Garpa," ucap Cinta membuat lengkungan di bibir Garpa.
Garpa mengangguk mempercayai ucapan sang Bundanya. "Garpa mau main sama Om Fahri boleh?" izinya.
"Boleh, magrib pulang," ujar Cinta.
Garpa mengangguk antusias mencium pipi sang Bunda ia berjalan perlahan mendekati bolanya yang berada di dekat sang ayah.
Andreas melirik kecil lakukan anaknya. Kedua sudut bibirnya terangkat merasa terhibur dengan tingkah laku Garpa tapi ada rasa nyeri di dadanya ketika anaknya sendiri seperti engan berdekatan dengannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gadira
Teen Fiction"Kita mungkin sama terlahir di dunia dengan telanjang tapi jalan hidup dan takdir kita pasti tak akan pernah sama." Adira gadis yang tak pernah ingin terlahir di dunia, orang tuanya selalu mendesaknya dengan tuntutan nilai yang tertulis di atas sele...