"Kamu itu engak cantik! Apa yang mau dibanggakan!?" bentaknya pada gadis yang setia menunduk.
"Papa peringatkan sekali lagi, awas jika sampai nilai kamu turun!" ucapnya dengan penekanan di setiap katanya.
"Kamu harusnya sadar diri, Adira."
"Maaf, Pa," ujar gadis yang bernama Adira.
"Maaf engak akan buat nilai kamu naik di kertas ini," sela pria paruh baya tersebut.
"Mau jadi apa kamu? Nilai matematika saja cuma 92!" sentak laki-laki tersebut sambil melihat angka-angka pada kertas selembar.
"Pa! Kesuksesan bukan cuma berdasarkan angka di atas kertas. Adira bisa sukses, percaya sama Adira."
"Papa percaya kalau kamu bisa dapat peringkat 1 umum tahun ini," ujarnya lalu meninggalkan anaknya yang sudah terisak.
"Mas!" suara wanita yang menjadi istrinya selama 18 tahun menghentikan langkahnya.
"Kamu lihat! Udah aku bilang, aku gamau punya anak perempuan. Tapi apa?"
"Dia gak bisa nerusin perusahaan aku, dan sekarang aku sendiri yang kerja keras buat perusahaan. Liat anak perempuan yang kamu bangga-banggakan!" sentaknya lalu meninggalkan istri dan anaknya.
Wanita paruh baya itu menghampiri anaknya. "Maaf sayang, Papa cuma lagi capek. Belajar yang bener nikmatin semuanya."
Adira tertawa sumbang menatap punggung Mamanya yang perlahan menghilang. "Hidup ini brengsek dan aku disuruh menikmatinya."
"Ada banyak tangisan di balik tawa dan ada banyak kepedihan di balik keceriaan seseorang, gue paham."
"Atau..."
"Tuhan emang sengaja mempertemukan kita biar kita tau rasanya bersyukur." Garpa Gwelion.
-o0o-
HAI WELCOME
KENALAN DULU YUK SAMA TOKOH-TOKOH CERITA INISAY HAI UNTUK ADIRA, GADPA DAN TEMAN-TEMAN.
Garpa Gwelion
KAMU SEDANG MEMBACA
Gadira
Teen Fiction"Kita mungkin sama terlahir di dunia dengan telanjang tapi jalan hidup dan takdir kita pasti tak akan pernah sama." Adira gadis yang tak pernah ingin terlahir di dunia, orang tuanya selalu mendesaknya dengan tuntutan nilai yang tertulis di atas sele...