-o0o-
"Kagak usah deket-deket sono," usir Angga pada Anan.
"Numpang doang, panas nih." Keluh Anan mengipas wajahnya dengan tangannya.
"Buka baju ah," baru saja Anan membuka bagian depan perutnya sudah di tahan oleh Damian.
"Jangan neko-neko," sindir Damian.
"Carper si anjing, pamer badan tros," cibir Angga.
"Isi bilang sahabat," balas Anan cuek.
"Jauh-jauh social distancing!" ucap Garpa saat Anan memilih duduk di samping tempatnya yang masi kosong.
Garpa tak segan-segan mendorong Anan membuat sang empu kesal.
"Sa pamit mo pulang sa tra ganggu ko lagi."
"Sa tra ganggu ko lagi." Lanjut Anan.
"Alhamdulillah," ujar mereka bertiga kompak.
"Anjing!" umpat Anan membuat ketiganya kertawa pecah.
Hari ini kelas Garpa sedang mata pelajaran Penjas dimana mata pelajaran yang di sukai oleh mereka, terkecuali anak ambius yang lebih senang belajar dikelas.
"Anak-anak lima belas menit lagi istirahat sekarang bapak kasih waktu untuk kalian berganti pakaian," ucap pria berperut buncit.
"Anan, kembalikan bola basket ke gudang." Perintah pak Mul sekaligus guru olahraga.
"Kok saya pak?"
"Karena bukan Damian." Sungut Pak Mul.
"Kalau yang lainnya bisa kenapa harus saya." ujarnya menolak dengan estetik.
Guru berperut buncit tersebut terlihat menarik nafasnya dalam, "Balikan ke gudang atau nilai kamu bapak potong," ancam Pak Mul.
"Bapak kerjaannya ngancem trus," dengus Anan.
"Padalhan saya mau ajak bapak main tik tok, biar efyepe."
"Muka kek lo mana bisa fyp." sorak terdengar dari salah satu murid perempuan.
"Ngeremehin gue lo pada!?" tantang Anan.
"Engak apa-apa, walaupun muka gue pas-pasan yang penting efyepe."
"Fyp bukan efyepe." Larat Icha.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gadira
Teen Fiction"Kita mungkin sama terlahir di dunia dengan telanjang tapi jalan hidup dan takdir kita pasti tak akan pernah sama." Adira gadis yang tak pernah ingin terlahir di dunia, orang tuanya selalu mendesaknya dengan tuntutan nilai yang tertulis di atas sele...