Gadira [part28]

158 30 40
                                    


"Perkenalkan mereka keluarga ku." Ujar Zaim melihat ke arah tangga lalu beralih ke arah wanita disampingnya.

"Anan!?"

-o0o-

"Jadi kalian sudah saling kenal?"

"Ya, satu kelas." Jawab Adira.

Mereka berasa dalam satu ruang tamu yang sama walaupun begitu atmosfer terasa sangat mencengkram.

"Bagus." Ujar Zaim tanpa beban.

Adira menggerutu dalam hati bagus katanya sungguh Papanya benar-benar tidak waras.

"Seren, kenalkan ini--"

"Istri hm- keduaku Latifa lalu ini anak laki-laki ku Anan dan terakhir anak perempuan ku Anna," ujar Zaim pada istri pertamanya.

"Istri katamu?" Seren terkekeh sinis.

"Sejak kapan kau menikah? setahuku suami tidak bisa menikah dua kali tampa persetujuan istri pertamanya?" tanya Mama Adira sedikit meremehkan.

"Jangan memancing." Geram Zaim.

Adira mengelus tangan Mamanya ia tau hatinya tak sekuat itu, "Udah Ma."

"Latifa, aku Seren Istri pertama Zaim." Ucap Seren sengaja menekan kata istri.

"Aku tau mba," balas wanita bernama Latifa.

"Jika kamu tau kenapa kau mau di dijadikan istri kedua padalhan kamu tau Zaim sudah memiliki istri?" tanya Seren.

"Jangan mencampuri urusan pribadi kami." Tekan Zaim.

Seren menoleh lalu mengangguk paham ia seperti sudah tak ada artinya lagi disini bagaikan permen karet yang dimakan saat manis saja.

Sedangkan ketiga anak remaja tersebut hanya diam tak berani membuka suara, Anan masi menatap terkejut Adira bagaimana bisa teryata selama ini mereka saudara.

Sedangkan Anna hanya memandang Adira dengan tatapan tak bisa di artikan, "Teryata dia."

Adira tak perduli dengan tatapan yang dilayangkan oleh kedua saudara kembar tersebut ataupun ibu tirinya, fokusnya hanya pada Mamanya.

"Aku harap kalian bisa berdamai." Ujar Zaim.

"Percuma, tak akan pernah bisa." Balas Adira dengan tatapan menyalang.

"Jaga ucapan mu, Ra." Tekan Zaim.

"Jangan lancang pada orang yang lebih tua!"

"Jangan membentak anak ku!" balas Seren tak kalah.

Zaim menghembuskan nafasnya mengatur emosinya yang berada diujung tanduk sampai ia merasakan usapan lembut di punggung nya.

Latifa tetap mengelus punggung suaminya memberikan ketenangan dan hal itu membuat Adira berdecih jijik.

"Tak tau malu." Ujarnya.

"Pada siapa kau bicara!?" ujar Zaim mencoba bersabar.

"Siapa lagi jika bukan wanita jalang disamping mu." Ujar Adira pedas.

GadiraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang