Gadira [part42]

151 20 26
                                    

"Makan yang banyak, Ra," ujar Bunda Cinta saat melihat isi piring yang diambil oleh Adira.

"Udah kenyang, Bun," ujar Adira sambil tersenyum.

Makan malam terasa sangat hangat di tambah keperdulian Cinta yang menganggap Adira putrinya sendiri dan Fahri yang selalu menggoda Garpa.

"Makan yang banyak, sedih juga butuh tenaga." Garpa menyodorkan nasi kepiting milik Adira.

"Aduh perdulinya anak ayah," goda Fahri.

"Garpa cuma peka sama ucapan Bunda," alibinya.

"Emang Bunda bilang apa?" tanya Cinta balik.

"Makan yang banyak,Ra." Gitu kan. Garpa mengikuti nada ucapan Bundanya yang lalu.

"Bunda nyuruh Adira bukan kamu," ujar Cinta menaikan sebelah alisnya.

"Malu lah Bun, udah tamu makan banyak," ujar Garpa melirik Adira yang berasa di sampingnya.

"Kamu malu, Ra?" tanya Fahri.

"Enggak," balas Adira membuat Garpa menoleh cepat.

"Kok lo udah dibantuin gak ngebantuin gue balik?" tanya Garpa kesal.

"Gue gak minta di bantuin," balas Adira santai.

Wajah Garpa susah memerah tomat, antara malu dan juga kesal menjadi satu. Ia merutuki tangannya yang spontan menambahkan nasi ke piring gadis disampingnya.

"Mau ngelak apa lagi heh?" kekeh Fahri. Bahkan Cinta ikut menggulum senyumnya. Manis sekali putranya ketika malu.

"Spontan aja, sisi lelaki Garpa muncul."

"Ngeles mulu kaya bajai," ujar Fahri.

"Udah-udah, kapan mau makannya kalo kalian ribut terus?" ujar Cinta menengahi.

"Ayah tuh," ujar Garpa tak mau disalahkan.

"Ayah lagi," Fahri tampak menghela nafasnya pelan tapi tak di pungkiri dalam hati ia sangat senang jika bisa menggoda putranya.

"Pimpin doa," perintah Fahri pada Garpa.

"Kok Garpa, biasanya juga ayah," ujar Garpa.

"Kalo kamu bisa kenapa harus ayah?" tanya Fahri menaik turunkan kedua alisnya.

"Ganteng doang suruh pimpin doa dorong-dorongan," cetus Cinta membuat kedua laki-laki tersebut menyengir.

"Iyaudah, Garpa yang pimpin." Garpa mengalah dari pada Bundanya mengamuk dan mereka tidak jadi makan bisa berabe.

Makan malam di pimpin oleh Garpa, Adira mengikuti semuanya dalam diam. Dalam hatinya ia sangat bersyukurlah bisa merasakan hangatnya makan malam bersama keluarga. Hal seperti ini yang ia impikan sejak dulu, sebuah kegiatan kecil yang menimbulkan kebahagiaan yang sangat besar baginya.

Tiga puluh menit berlalu mereka selesai makan malam lalu bersantai menonton televisi. Tak luput candaan Ayah Garpa yang membuat suasana semakin ramai.

"Temen-temen kamu udah lama gak kesini," ujar Fahri pada Garpa.

"Sibuk mau ujian," ujar Garpa dibalas anggukan oleh sang ayah.

"Temennya belajar kamu sendiri yang masih santai," ujarnya terselip nada sindiran.

"Nanti Yah, lagian masih dua minggu lagi," ujar Garpa fokus pada kacang miliknya.

"Habis ujian ajak temen-temen kamu kesini, Ayah udah lama gak mabar sama Damian," ujarnya.

Sedangkan Garpa hanya memutar bola matanya malas, "Damian ambis, sibuk banget gak bisa di ganggu."

"Oh iya, Anan kemana? Udah lama dia gak tag ayah di tik tok," ucapan Fahri membuat kacang yang hendak masuk ke mulut Garpa terhenti. Matanya menatap ke arah Adira yang menyibukkan dirinya dengan handpone.

GadiraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang