Gadira [part31]

160 31 19
                                    

Tuhan apapun rencana mu tolong kuatkan aku.

-o0o-

"Makasih," ujar Adira disela-sela keheningan mereka.

Garpa membalas dengan senyuman, "Sama-sama."

"Mau cerita?" tawarnya.

Adira mengangguk menarik nafasnya dalam-dalam, "Gue-engak tau harus cerita dari mana."

"Semuanya terasa sangat cepat bahkan enggak pernah terbayang dalam angan-angan gue,"

Garpa mendengarkan dengan tenang sampai Adira kembali melanjutkan ceritanya.

"Papa gue-"

"Nikah lagi tanpa persetujuan Mama."

Garpa menoleh mengerti inti permasalahan yang di alami oleh gadis disampingnya. Ia tau apa sebabnya Adira menjadi kacau beberapa hari ini.

"Mama bahkan selalu ngasih apapun buat Papa tapi Papa? enggak pernah mikir perasaan Mama," suara Adira terdengar pilu.

"Gue selalu berusaha untuk nurutin apa mau Papa, gue selalu di tuntut oleh nilai-nilai dan nilai. Tapi-"

Adira tak bisa lagi melanjutkan ucapannya semuanya terasa berat olehnya semua masalah terjadi secara tiba-tiba.

"Gue benci takdir ini, Pa." Adunya Garpa tak menjawab ia setia pengusap punggung Adira.

"Papa selalu pengen anak laki-laki tapi lahirnya gue cuma buat penderitaan," ujarnya.

"Mama, gue beban buat Mama." Adira tak bisa menahan tangisnya jika mengingat Mamanya sakit karna dirinya.

"Gue engak kuat, Pa."

Garpa menghentikan usapannya ia mengambil kedua tangan Adira menggenggam tangan mungil tersebut, "Hidup adalah ujian dan ini adalah ujian buat lo."

"Gue nyerah gue enggak bisa jalanin ini semua," balasnya menatap Garpa yang juga menatap kearahnya.

"Bertahan, Ra. Tuhan enggak akan pernah ngasi cobaan diluar batas kemampuan hambanya. Seengaknya bertahan buat Mama lo." Ujar Garpa.

Adira tersentuh mengingat Mamanya, "Demi Mama lo." Ujar Garpa mengeratkan genggaman tangannya.

"Tapi, gue takut jadi beban buat Mama," lirihnya.

"Enggak ada seorang ibu yang tega kaya gitu, Ra. Percaya sama gue," ujar Garpa meyakinkan.

"Lo anak pinter punya masa depan cerah tunjukin ke Papa lo kalo lo bisa, Ra."

"Tunjukin ke orang-orang yang selalu ngeremehin lo, tunjukin ke mereka kalo lo bisa."

"Gue-ngerasa engak bisa, Garpa." Adira sekali lagi merasa takut untuk melakukan hal kedepannya rasanya sangat suram.

"Enggak perlu takut, gue disini." Ujarnya mengerti apa yang gadis disampingnya pikirkan.

"Enggak perlu ngerasa kesepian,Ra. Ada Allah yang selalu ada disisi kita, ada Bunda Seren dan ada gue."

GadiraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang