Suasana kelas yang tadinya gaduh menjadi sepi begitu saja. Bu Leliana, selaku guru mata pelajaran Ekonomi masuk dengan menenteng buku paket dan buku jurnalnya. Beliau memang guru yang terkesan tegas dengan seluruh murid bahkan jarang sekali menampilkan senyuman di wajahnya meski ada candaan yang lucu.
"Saya dengar di kelas ini ada siswa baru," ucapnya sebagai salam pembuka.
Jordy yang merasa disinggung dalam percakapan pertama itu berbisik kepada Yumna, "Dia guru killer?"
Sia-sia karena tidak ada jawaban, seharusnya Jordy paham kalau Yumna tidak suka diusik.
"Yang merasa anak baru silahkan masuk ke grup yang kemarin masih berdua. Dan semuanya segera berkumpul dengan kelompoknya."
Yumna berdecak sebal, mengingat dirinya akan sekelompok dengan teman sebangkunya lagi. Ditambah Arvin yang telah berjalan mendekati mejanya. Telinganya lagi-lagi mendengar bisikan para siswa yang katanya ingin berganti posisi dengan dirinya.
"Yeay kita sekelompok!" seru Jordy rusuh. "Kemarin Arvin cerita kalian masih berdua, sudah pasti satunya gue." Dia menjelaskan tanpa Yumna tanya.
"Ketemu lagi kita, Bro," girang Arvin. Arvin dan Jordy melakukan high-five tepat di depan wajah Yumna.
"Ck, norak," lirih Yumna pelan.
"Lo mau diajak tos?" Jordy yang dengar lirihan Yumna langsung mengangkat tangannya bermaksud mengajaknya untuk high-five.
"Jadi, siapa anak barunya?" Suara Bu Leli menyelamatkan Yumna dari situasi yang tidak diinginkannya ini.
"Saya." Jordy mengangkat tangan sehingga Bu Leli menaruh atensi padanya.
"Oke selamat bekerja sama, saya harap kamu dapat mengikuti pelajaran saya dengan baik."
"Pasti dong, Bu. Saya bakalan belajar sama Yumna dengan tekun!" Jordy melirik ke arah Yumna yang menekuk bibirnya, cukup lucu.
"Terserah lah, untung saja kamu bersama orang-orang yang saya pilih untuk mengikuti olimpiade kemarin." Bu Leli berjalan ke papan tulis untuk menjelaskan materi baru. Dua jam pertama memang dipakai untuk membahas akuntansi tetapi dua jam berikutnya dipakai untuk lanjut materi kelas sebelas yang sedikit lagi selesai.
"Kalian anak olimpiade ekonomi?" tanya Jordy bisik-bisik.
"Ya gitu, tapi cuma sampe provinsi aja sih." Tentu saja Arvin yang menjawab.
"Ah pantes dijadiin sekelompok. Oke karena gue belom pernah belajar akuntansi di sekolah lama, jadi mohon bantuannya."
"Santai aja," sahut Arvin lagi. "Lo bawa jurnal umum yang udah dikerjain kan, Na?" Kali ini Arvin menoleh pada Yumna.
"Gue rasa lo gak cukup bodoh buat tau ini apa. " Jari telunjuk Yumna menekan kertas folio yang daritadi sudah ia taruh di meja.
"Nggak lihat gue," kata Arvin.
Arvin mulai tertarik dengan Yumna saat dia dijadikan tim olimpiade bersama Yumna di kelas sebelas semester awal. Arvin tahu Yumna memang cantik dan pintar tapi saat tahun-tahun pertama masuk sekolah dirinya masih berpacaran dengan teman SMP. Ketika hubungan mereka berakhir dan dia disatukan dengan Yumna, Arvin merasa ingin menjalin hubungan lebih dekat walaupun selalu ditolak. Bahkan teman-temannya yang lain pun ikut menolak jika Arvin nekat ingin bersama Yumna.
Yumna memang dingin, hal itu justru membuat Arvin penasaran. Di tambah lagi, banyak rumor negatif tentang Yumna yang belum pernah terungkap. Jadi, menurutnya Yumna normal-normal saja.
Diam-diam Jordy melirik Yumna yang terlihat serius saat mendengarkan penjelasan. "Cantik," gumamnya.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
N O R M A L ✓
Roman pour Adolescents[LENGKAP] Yumna itu cewek cantik dan pintar dari SMA Mentari. Beberapa cowok pun berusaha mendekat, tetapi hatinya sudah sekeras batu yang nggak mudah dilunakin begitu saja. Akhirnya, semua orang menyebutnya 'Tidak normal', hanya karena dirinya yang...