6. Siapa Sangka

407 87 11
                                    

Jordy membuka tirai jendela kamarnya dengan wajah yang ceria. Hari ini sudah genap seminggu ia tinggal di rumah yang baru. Dia senang banget bisa lihat kesibukan kota dari kamarnya ini setiap pagi dan juga malam.

"Pagi, Pi," ujarnya mengambil susu kotak di kulkas lalu duduk di kursi menunggu ayahnya yang sedang sibuk dengan masakannya.

"Pagi ini roti bakar dulu, Papi harus buru-buru ke hotel," katanya yang membuat Jordy sumringah.

"Ada yang nikah ya, Pi? Jangan lupa dibungkus." Jordy terkekeh, senang banget hobinya yang suka makan diimbangi dengan memiliki seorang ayah yang kerja sebagai koki profesional di salah satu hotel.

Sang ayah meletakkan dua potong roti bakar untuk mereka berdua sarapan bersama. "Iya nanti Papi bungkus kulit wortel kentang."

"Kejam," cibir Jordy meski tahu Papinya hanya bercanda. "Pi, nanti temen aku mau ke sini."

"Iya Papi inget, temen sebangku kamu yang sering kamu lihat dari jendela kalau pagi. Nanti malem jam tujuh mau ke rumah bikin Spaghetti," kata Papinya hafal banget sama ucapan Jordy karena sudah dua hari ini selalu menceritakan hal yang sama. Dan juga sejak seminggu ini mereka berdua sama-sama menonton pertunjukan gadis SMA Mentari jalan kaki di trotoar depan apartemen mereka. "Anak koki kok cuma masak gituan? Bikin malu."

"Kalo makan opor ayam gak jadi makanan mancanegara dong." Tawa ringan keluar dari mulut Jordy. Senang Papinya ingat ocehannya selama ini dan senang kecaman dari Papinya itu. "Pi nanti pulangnya jangan malem-malem, ya? Jordy mau pamer masakan Papi!"

"Masakan Papi udah pasti juara, suruhlah dia cicip masakan kamu. Siapa tau nyaman, asik." Pria itu menaik-turunkan alis, menggoda putra tunggal ini. Random banget, tadi sok jutek sama anaknya sekarang malah menggoda.

"Dih, kenapa harus dibikin nyaman?"

"Nggak usah munafik deh, kamu kan lagi jatuh cinta." Papinya menumpuk kedua piring yang mereka pakai.

"Apaan sih, Pi? Dia kan temen sebangku aku doang, maklum dong aku kenalin masakan Papi," protes Jordy. "Dulu juga banyak temen-temen aku makan masakan Papi."

Dulu semua teman Jordy selalu datang ke rumah karena yang paling sepi dan selalu diberi masakan chef katanya. Bedanya kali ini, Jordy selalu menceritakan hal tentang kedatangan teman barunya tanpa jeda seolah Papi juga harus ikut menyambutnya.

"Santai, Bro. Jangan emosi gitu." Dia mendorong tumpukkan piring ke arah Jordy, "Mending cuci piring ya, Ganteng."

"Merinding, Pi." Jordy mengedikkan bahu.

Papinya hanya tergelak kemudian beranjak ke kamarnya, bersiap untuk bekerja. Jordy memang selalu naik darah kalau digoda atau terlalu dimanja dengannya. Mereka hanya tinggal berdua, makanya Papi memilih tinggal di apartemen yang tidak terlalu luas dibandingkan mencari rumah. Tidak terlalu repot juga karena perlengkapan sudah disediakan oleh penjual.

"Papi berangkat. Jaga rumah baik-baik, ya." Jordy yang baru mau mencuci piring, menyempatkan diri buat cium tangan Papinya dulu. "Nanti kalo temen kamu udah dateng tapi Papi belom pulang, jangan macem-macem ya. Takut dikira kumpul kebo."

"Asal bicara mulu nih orang," lirih Jordy yang sabar menghadapi keanehan Papinya. "Udah sana-sana, masak yang enak."

"Inget ya pesan Papi tadi. Jangan macem-macem," ucapnya sebelum menghilang di balik pintu apartemen.

Jordy menghela napas. Walau sudah terbiasanya dengan sifat Papinya yang suka bercanda, terkadang sedikit meresahkan.

***

Alunan lagu yang Yumna ketahui berbahasa Korea ini menyelimuti suasana mobil yang ia tumpangi. Di kursi pengemudi ada Key yang fokus menyetir, sambil sesekali menyanyikan lirik yang menyangkut di benaknya. Perempuan dengan kaos hitam itu bersedia mengantar Yumna setelah cewek itu bilang mau kerja kelompok di rumah teman. Ini adalah hari yang spesial karena akhirnya Yumna main ke rumah teman!

N O R M A L ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang