Yumna melirik suasana di balik jendela yang ramai dengan orang yang berlalu-lalang di trotoar. Lampu temaram yang berjajar di jalan itu mampu untuk menyorot guratan di wajah mereka. Kebanyakan dari mereka menampilkan raut yang lelah lantaran baru selesai dengan pekerjaannya di kantor. Yumna menyenderkan tubuh di kursi restoran cukup mahal ini. Jam menunjukkan pukul setengah delapan malam, ia masih mengenakan seragam SMA Mentari yang dibalut dengan jaket putihnya.
Deringan di ponselnya membuat fokus Yumna yang tadi memperhatikan wajah-wajah itu pecah, ia meraih ponselnya. Dia pikir itu adalah pesan dari Key yang menghubunginya kalau temannya itu sudah di sini, tetapi ternyata dari Jordy.
Jordy: Lo yakin mau ss dari grup angkatan tentang foto itu?
Setelah sampai di restoran ini, Yumna memang sempat mengirim pesan ke Jordy untuk memberikan tangkapan layar tentang obrolan mengenai foto itu di grup. Bukan tanpa alasan, Yumna memintanya untuk memperlihatkan ke Key agar ia dapat meluruskan masalah yang terjadi ini.
Yumna: Tinggal kirim aja, knp sih
Jordy: Mereka bukan manusia, Na
Jordy: Kalo emang butuh banget, gue kirim nih tapi jangan dimasukin ke hati. Inget, mereka bukan manusia!
Yumna mengembuskan napas. Sejak kemarin, Jordy yang paling semangat agar Yumna mengonfirmasi masalah, tetapi setalah diminta tangkapan layar, responsnya sangat berlebihan.
Yumna: Iya
Tak butuh waktu lama, Jordy mengirim foto yang Yumna maksud sekaligus rentetan pesan yang ada di grup angkatannya. Yumna tersenyum miris, hanya melihat satu baris pesan dari Chika mengenai tubuh dan harga dirinya membuat Yumna nggak sanggup buat baca pesan-pesan lainnya.
Jordy: Udah, sisanya cuma orang yang ikut-ikutan benci lo
Jordy: Emang buat apa?
Yumna: Makasih. Lo blg, mslh ini harus segera dilurskan, kan?
Jordy: YES!! SEMANGAT BUAT MEMBUNGKAM MULUT-MULUT BEDEBAH!!!
Yumna hanya membalas dengan emoji jempol. Padahal sudut-sudut bibirnya sudah berkedut untuk tersenyum. Jordy dan dukungan anehnya berhasil menjadikannya lupa dengan pesan-pesan menyakitkan itu.
"Lo nunggu gue sambil main hp adalah sebuah kemustahilan."
Kursi kosong di depan Yumna telah diisi dengan kehadiran Key yang sempat bikin ia terkejut. Key meletakkan tasnya di meja, lalu tanpa basa-basi langsung mengambil buku menu.
"Lo gak pesen?" tanya Key.
"Nunggu lo, bayarin hehe."
"Dasar! Lo yang ajak ketemu, lo yang minta di traktir," umpat Key.
"Kan gue udah bilang, di stasiun aja."
"Lo mau bikin gue mati kelaparan atau latihan hidup susah?"
"Latihan hidup susah," jawab Yumna tanpa merasa berdosa. Setelah itu satu pukulan mendarat cukup kuat di bahunya. "Bercanda, Keyyy."
Key tidak menggubris. Yumna tahu Key tidak tersinggung dan Key memang sengaja memilih tempat ini sekalian mereka makan malam bersama. Sebenarnya tanpa menunggu Key pun, Yumna pasti akan makan gratis sekarang.
Makanan datang, mereka milih untuk menikmati sajian terlebih dahulu. Walau sesekali mereka juga bertukar cerita tentang kesibukan masing-masing. Key tahu, bukan sekadar bercerita kesibukan alasan Yumna mengajaknya bertemu. Ada hal lain yang terlihat mengusik Yumna.
KAMU SEDANG MEMBACA
N O R M A L ✓
Ficção Adolescente[LENGKAP] Yumna itu cewek cantik dan pintar dari SMA Mentari. Beberapa cowok pun berusaha mendekat, tetapi hatinya sudah sekeras batu yang nggak mudah dilunakin begitu saja. Akhirnya, semua orang menyebutnya 'Tidak normal', hanya karena dirinya yang...
