Yumna melepas tangannya yang menahan baju mama setelah tak ada respons apa-apa. Dia menengok ke samping kanan, menyeka air mata yang terus mengalir ini. Sentuhan mama di kepalanya masih terasa sampai sekarang, membuatnya tak berhenti bergetar. Sedikit tidak percaya kalau wanita di mimpi yang membantunya bangun dari koma ... adalah mama. Dari semua hal yang ia rindukan, perlakuan lembut mama paling berdampak untuknya.
Sebuah ingatan membawa dirinya ketika masih sekolah dasar. Mama sering mengacak rambutnya jika ia melakukan hal yang membanggakan atau menggemaskan. Lalu, mama tertawa melihat wajah masamnya. Yumna bahkan lupa kapan terakhir kali kulit mereka sekadar bersentuhan, jika selama ini yang mama lakukan adalah menghindar. Yumna takut tak pernah dimaafkan.
Hanya saja, perlakuan mama belakangan ini sulit dimengerti olehnya. Mama tak lagi menuntut mengurus rumah, mengizinkannya bekerja, mendaftarkannya berkuliah, mengatakan kalau Yumna sakit ke wali kelas. Meski hal kecil, Yumna bisa merasakan sebuah kasih sayang yang telah lama nggak ia dapatkan.
Dan sekarang, Yumna berpikir kalau mama benar-benar menyayanginya. Mimpinya, jus stroberi, dan sapuan singkatnya tadi seakan bukti dari asumsinya. Namun, mengapa mama bersembunyi?
"Mama." Setelah berhasil menguasai diri, Yumna akhirnya mencoba duduk dengan susah payah untuk berbicara menghadap mama. Mama tidak menyahut, tetapi wajahnya terlihat ingin mendengarkan. "Makasih karena selalu kasih minuman ke aku dan Mama masih inget itu minuman yang paling Yumna suka. Selama tidur panjang, aku selalu mimpi ada yang suruh aku kembali dan aku sadar kalau orang itu ... Mama. Aku terjebak di ruangan asing sendirian dan Mama dateng buat selamatin aku. Yumna seneng dan sangat berterimakasih untuk itu. Di sebelas hari kemarin, Yumna takut nggak bisa kembali lagi padahal Yumna belum minta dan mendapatkan maaf dari Mama.
"Aku minta maaf, Ma, walaupun semuanya nggak bisa mengembalikan keadaan kayak dulu lagi. Aku sadar ini kebodohan aku, maafin aku. Rasanya takut, selama ini aku sendirian. Tolong kasih aku kesempatan buat menebus semuanya. Bantu aku biar kita bisa sama-sama lagi." Yumna mengambil napas dan mengusap pipinya lagi. "Mama mungkin rasain sakit sama kayak aku. Mama juga jalanin semuanya sendirian, pasti lelah ngurus aku dan adek-adek. Nggak mudah buat Mama, aku, atau bahkan Bian dan Arra buat terima keadaan yang bikin kita semua sakit. Aku mau jadi tempat berbagi Mama dan adek tanpa ada sekat. Cerita dan bercanda kayak dulu lagi."
"Yumna sayang Mama, Bian, dan Arra. Yumna nggak punya siapa-siapa lagi di sini. Yumna minta maaf, tolong terima Yumna lagi. Yumna kangen semuanya."
Gadis itu menyudahi kalimatnya dengan menutup wajah dengan sebelah tangan. Isakannya semakin terdengar menyedihkan sampai bahunya bergerak naik-turun. Dia berhasil menyampaikan semua yang ditahan selama ini. Menuangkan perasaannya yang nggak pernah diberi kesempatan untuk bicara.
Pertahanan yang selalu dibangun agar matanya tidak meneteskan air, akhirnya runtuh. Tetes-tetes yang keluar perlahan mengalir semakin deras seiring isakan kecil yang keluar. Mama tidak baik-baik saja setelah mendengar dan melihat putri sulungnya sangat hancur seperti sekarang. Dirinya terlalu egois tanpa mau melihat anaknya sejauh ini. Mereka terluka. Anaknya juga korban. Dan yang ia lakukan adalah membuangnya. Di saat Yumna butuh dukungan darinya.
Wanita itu menyentuh tangan yang menutupi wajah Yumna. Yumna sempat tercengang, tetapi instingnya meminta untuk menatap mama. Mereka bertatapan lagi dengan air mata yang tidak mau berhenti dari masing-masing mata.
Tangan mama terangkat, menggapai pipi Yumna. Selanjutnya Yumna dapat merasakan mamanya menghapus air mata yang belum berhenti mengalir. Darah Yumna berdesir cepat setelah kulitnya disentuh mama lagi hingga tubuhnya menegang.
"Mama juga kangen. Mama juga sayang. Kamu tetep anak mama, Yumna, bagian dari kami." Setelahnya mama membawa Yumna pelukannya, mengusap punggung rapuh Yumna. "Mama juga minta maaf, Kak, Mama egois."
KAMU SEDANG MEMBACA
N O R M A L ✓
Teen Fiction[LENGKAP] Yumna itu cewek cantik dan pintar dari SMA Mentari. Beberapa cowok pun berusaha mendekat, tetapi hatinya sudah sekeras batu yang nggak mudah dilunakin begitu saja. Akhirnya, semua orang menyebutnya 'Tidak normal', hanya karena dirinya yang...
