Extra Part 1 - Penyelesaian

384 75 46
                                        

"Kamu yakin mau ketemu temen SMP, Kak?"

Sudah berkali-kali mama bertanya hal yang sama. Mama masih khawatir dengan kondisi mental Yumna.

"Yakin, Ma. Aku nggak tau beneran udah bisa ngendaliin diri atau belum kalau gak dicoba," jawab gadis yang sudah berpakaian rapi itu. "Aku bakalan baik-baik aja. Lagian ini udah cukup lama sejak kejadian itu."

Kini Yumna sudah hidup sebagai mahasiswi semester dua. Kesibukannya cukup padat, pagi sampai sore bekerja di kantor Papa. Setelah itu, dilanjutkan dengan mengikuti kelas malam. Yumna lelah, tetapi karena lelahnya itu bayang-bayang menakutkan sudah sangat jarang terlintas.

Dua minggu yang lalu, Yumna mengunggah foto tugasnya di Instagram. Mengetahui sosial media Yumna aktif, banyak komentar dan pesan masuk dari teman lamanya. Berujung pada pertemuan yang direncakan hari ini. Awalnya Yumna ragu, tetapi dia tidak mau menghindar lebih jauh lagi. Dia juga rindu mereka dan ingin tahu kabar masing-masing.

"Mau dianter?" tawar mama mengingat sekarang hari Minggu dan beliau tidak ada kesibukan.

"Aku sama Jordy."

"Pacaran terus," celetuk Bian yang entah sejak kapan sudah bergabung di ruang TV.

Yumna mendelik, mendengar ucapan asal adiknya. "Sembarangan!"

"Kamu sama dia beneran cuma temen?"

Mama jadi penasaran sekaligus memastikan. Pasalnya, meskipun kedua orang itu sudah setahun lulus dari SMA Mentari, Jordy masih menjadi teman yang paling sering disebut Yumna. Keduanya sering bertemu, terkadang Jordy mampir ke rumah ini membuat keluarganya semakin mengenal Jordy dengan baik.

Sementara Key, semakin disibukkan dengan pekerjaan karena baru saja naik jabatan. Tidak hanya itu, statusnya sekarang berubah sebagai tunangan seseorang. Key akan menikah dalam waktu dekat membuatnya lebih memilih untuk menghabiskan waktu dengan pujaan hati.

Yumna menggigit bibir, hubungannya memang sebatas teman. Tapi bagi Yumna, bukan teman biasa.

"Iyaaa. Mama jangan ketularan Bian, deh."

"Kalian tuh terjebak friendzone." Bian dengan santai menyalakan televisi tidak menggubris tatapan kakaknya yang mulai menajam. "Nanti salah satu juga ada yang baper, atau Kak Na udah baper?"

Tangan Yumna refleks menjitak kepala Bian pelan, "Ngawur, bukannya belajar sebentar lagi kelas dua belas!"

"Maaa, Kakak galak," adu Bian dengan nada merajuk.

Mama hanya geleng-geleng kepala melihat tingkah dua anaknya yang masih kekanakan itu, "Mama bingung, yang anak bungsu Arra atau kalian, sih?"

Yumna tertawa, melihat Bian merengek merupakan hobinya sejak dulu. Sekarang keluarganya sudah kembali seperti dulu, hangat.

"Kak Una mau ke mana?" Satu lagi adiknya datang setelah pergi ke minimarket dengan pengasuhnya. "Arra ikut!"

"Jangan ganggu Kakak, Ra soalnya mau--"

"Ayo, Arra ikut aja, temenin Kak Odi." Sebelum Bian melanjutkan kata-katanya, Yumna dengan cepat memotong. "Boleh, kan, Ma?"

"Gak repot?" tanya Mama.

"Enggak dong, Arra kan anak baik. Emangnya Bian." Yumna menjulurkan lidah.

"Iya, sekalian minta jajanin kakak ipar yang banyak, Ra."

"BIAN!"

Akhirnya Arra benar-benar ikut, meski nggak ngerti sama ucapan kedua kakaknya yang aneh. Anak itu antusias ketika melihat Kak Odi-nya datang. Mama mengizinkan karena kebetulan nanti Sore ada rapat dari rumah, kasihan kalau Arra tidak ada teman. Untungnya dia sudah berpakaian cukup rapi sehingga anak itu langsung menjajah di kursi depan, samping pengemudi.

N O R M A L ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang