Jordy memarkirkan mobilnya di area ruko dominan hitam putih, tempat Yumna bekerja. Niatnya ke sini sekaligus untuk menjemput Yumna tanpa mengabari gadis itu. Mereka akan kerja kelompok Bahasa Indonesia. Secara mendadak, Satya mengabari kalau minggu depan akan ada praktik drama singkat di mata pelajaran tersebut. Katanya, Bu Evi ingin mengambil nilai untuk ulangan harian.
Setelah cukup ribut untuk menentukan waktu kerja kelompok, akhirnya kelompok mereka memilih sore ini. Kebetulan sangat pas dengan Yumna yang sudah selesai bekerja. Tempatnya di rumah Imelda, ia menawarkan rumahnya yang sedang sepi hari ini.
Jordy mendorong pintu dan langsung membunyikan sebuah lonceng, cukup lucu.
"Selamat da--" Ucapan dari orang di balik komputer kasir langsung terhenti begitu melihat dia yang masuk. Yumna mengembus napas seraya memutar bola matanya.
Jordy mengambil nampan, mengisinya dengan cukup banyak. Roti-roti ini akan dibawa saat kerja kelompok nanti. Ia menyembunyikan senyumnya saat melihat Yumna yang cukup mempesona dengan seragam khas bakery ini, cukup profesional di matanya. Apalagi ketika Yumna melayani beberapa pembeli lain. Jordy sengaja melambatkan gerakannya agar dapat melihat momen langka dalam waktu yang lama, senyum Yumna.
Ketika kasir sudah kosong, Yumna menatap temannya itu yang masih pura-pura memilih roti. Matanya membesar galak saat mereka berkontak mara. Setelahnya, ia melihat Jordy terkekeh puas lalu mulai mendekat untuk membayar.
"Nggak boleh judes sama pelanggan."
Yumna nggak menjawab, ia men-scan barcode harga sampai semuanya selesai. "Ada tambahan?"
"Ice americano satu, minum di sini. Shot-nya yang paling rendah, takut nggak bisa tidur nanti malem tapi gue butuh sesuatu biar nggak ngantuk pas kerja kelompok nanti," cerocos Jordy.
"Totalnya seratus lima puluh ribu rupiah, tunai atau non tunai?" Yumna benar-benar nggak menggubris ucapan cowok itu.
"Tunai."
Tiga puluh menit berlalu, Yumna sudah selesai dengan pekerjaannya. Jordy dapat melihat Yumna yang sudah mengganti pakaiannya menjadi kaos biasa dan celana panjang. Mengetahui Yumna yang sudah keluar, Jordy segera meraih plastik rotinya, lalu berlari mengejar Yumna.
"Yumna!"
Gadis itu memutar tubuhnya, mengangkat sebelah alis.
"Gue nungguin lo," kata Jordy setelah jarak mereka dekat.
"Terus?"
"Ayo bareng ke rumah Imelda."
Yumna nggak bisa menolak lantaran rumah Imelda cukup jauh dari sini. Jika naik kendaraan umum akan memakan waktu yang lama dan jika naik kendaraan online, akan cukup mahal. Akhirnya, ini sudah kali kedua ini Yumna naik di mobil Jordy hanya berdua diselimuti suasana yang masih canggung. Namun, Yumna cukup bersyukur dengan kehadiran cowok menyebalkan ini yang dapat menghemat pengeluarannya.
"Tolong lihatin maps." Seperti biasa, Jordy berkata seperti itu. Kali ini Yumna menurut, mereka sama-sama belum pernah ke tempat Imelda sebelumnya.
"Lo tau daerah sini?" tanya Yumna berbasa-basi sekaligus mencairkan suasana.
"Enggak, hahahaha." Jordy memang aneh, tidak tahu jalan bukannya panik malah tertawa terbahak-bahak.
"Lo sengaja ke bakery biar jalan bareng?"
Anggukan singkat menjadi respons Jordy. "Siapa tau lo pernah ke sana, gue 'kan orang baru di sini."
"Kenapa lo nggak sekelompok sama temen lo?" Yumna bertanya lagi.
"Lo, Satya, dan yang lain bukan temen gua?" Jordy bertanya balik.
KAMU SEDANG MEMBACA
N O R M A L ✓
Fiksi Remaja[LENGKAP] Yumna itu cewek cantik dan pintar dari SMA Mentari. Beberapa cowok pun berusaha mendekat, tetapi hatinya sudah sekeras batu yang nggak mudah dilunakin begitu saja. Akhirnya, semua orang menyebutnya 'Tidak normal', hanya karena dirinya yang...