21. Latihan Gabungan

313 80 14
                                        

"Imelda, udah ada Ms. Santi." Yumna menyenggol lengan teman sebangkunya agar bangun. Seperti biasa, dia menitip pesan pada Yumna agar membangunkannya ketika ada guru yang datang.

Ini waktunya pendalaman materi, mungkin karena sudah sore dan jadwal hari ini lumayan padat, Imelda belum bergeming. Biasanya cewek itu segera mengulet dan membuka mata jika Yumna membangunkannya. Responsnya yang lama itu membuat guru Bahasa Inggris mereka menyadari muridnya yang masih menumpu tubuhnya di meja.

"Siapa yang tidur itu? Nggak mau ikut pendalaman sama saya?"

Yumna menepuk sekali lagi, sedikit mengguncang tubuhnya agar terbangun. Berhasil, Imelda mulai mengangkat kepalanya. Namun yang menarik perhatian Yumna adalah wajahnya yang pucat pasi, seingatnya tadi dia baik-baik saja.

Sebagai manusia biasa, Yumna khawatir. Hanya saja, saking minimnya interaksi dengan teman yang lain membuat Yumna bingung harus berbuat apa. Akhirnya dia mengabaikan, kembali memerhatikan Ms. Santi yang mulai membagikan lembar soal untuk latihan hari ini. Ms. Santi meminta agar semua siswa mengerjakan terlebih dahulu. Kelas menjadi tenang saat semua fokus pada soal.

Saat Yumna sudah menyentuh soal kelima, dia menyadari Imelda hanya meletakan tangannya yang memegang pulpen di atas kertas tanpa menulis apa pun. Bahkan kolom untuk menulis nama tidak diisi olehnya. Hal itu bikin Yumna menoleh untuk melihat kondisinya.

Kekhawatirannya semakin bertambah tatkala cairan merah mengalir dari hidung Imleda --meski tidak terlalu deras. Dengan segera, Yumna merogoh saku roknya menyerahkan sapu tangan yang untungnya selalu ia bawa ke sekolah.

"Hidung lo berdarah," kata Yumna terputus. "Pake aja, be- belom gue pake sama sekali hari ini."

Imelda yang paham segera meraih sapu tangan Yumna. Ia mendongakan kepalanya ke atas sebelum aliran darah itu semakin deras nantinya.

"Thanks."

"Gak perlu ke UKS?"

"Emang boleh?" Imelda tidak yakin, Ms. Santi selalu menolak murid keluar kelas selama pelajaran. Sejujurnya daritadi ia sangat ingin izin pulang duluan atau beristirahat di UKS, tetapi ia ragu.

"Permisi, Ms." Yumna bersuara lumayan seraya mengangkat tangan, membuat guru yang sedang memeriksa tugas anak kelas sebelas itu menatapnya sambil menakutkan alis.

"What's wrong with that girl?" Sebelum Yumna menjelaskan kondisi Imelda, sepertinya Ms. Santi sudah sadar. "Bawa temanmu ke UKS. Hurry!"

Yumna menurut, segera memapah Imelda menuju UKS. Ternyata guru mereka tidak sekejam itu. Mereka menjadi perhatian seisi kelas, lantaran Yumna yang mereka tahu nggak pernah peduli sama orang lain kini membantu Imelda menuju UKS. Jordy pun menaruh rasa khawatirnya ke Imelda, tetapi sisi lain ia senang karena melihat kepedulian Yumna.

"Gua emang begini kalo udah kecapean." Imelda membaringkan tubuhnya ke kasur UKS begitu sampai. "Tim padus mau lomba, gua masih ditarik buat ikut. Tugas makin banyak. Belom lagi ngerjain soal dari tempat les."

Imelda mengeluh panjang, suaranya nggak selantang biasanya karena kondisinya sedang kurang sehat. Yumna diam saja lantaran masih merasa sedikit canggung. Ia nggak tahu harus membalas apa, ada perasaan takut jika dia merespons lebih. Otaknya kembali teringat pada Tasya, Della, dan Chika yang membuatnya tidak percaya teman lagi.

"Tenang aja, gua cuma cerita. Gak usah didengerin apalagi dipikirin. Gua bukan yang suka memanfaatkan keadaan kok."

Yumna menggaruk leher, sepertinya Imelda mengetahui masalahnya dengan teman lamanya itu. "Iya."

"Pasti lu capek, ya? Ditinggalin cuma karena masalah yang nggak lu lakuin."

Permasalahan antara Yumna dengan Tasya dan yang lain bukan menjadi sebuah rahasia bagi angkatan mereka di SMA Mentari. Yumna cukup menarik dari awal kehadirannya, diperebutkan banyak lelaki dan dipuji oleh banyak guru. Sehingga banyak yang mau berteman, hanya saja Yumna justru memilih dekat dengan orang yang hanya ingin memanfaatkan dirinya saja.

N O R M A L ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang