Suasana rumah Arvin sekarang sangat ramai oleh siswa SMA Mentari. Pertemuan yang awalnya direncanakan hanya untuk bersama anak-anak futsal, tiba-tiba saja jadi seramai ini. Bahkan ada beberapa anak perempuan juga yang sibuk bergosip ria di pinggir kolam renang milik Arvin. Memang tidak heran, sebab setiap akhir semester mereka selalu mencari pelarian untuk melepas kepenatan selama belajar dan dari mulut ke mulut lah tersampaikan kalau akan ada acara di rumah Arvin hari ini.
Jordy menenteng snack yang tadi ia beli di supermarket dan juga pesanan nasi. Dia yang disuruh karena kebetulan tadi membawa mobil sendiri.
"Bantuin dong," pintanya pada cowok yang bernama Marcell. Seingatnya, dia adalah salah satu cowok yang juga pernah ditolak Yumna.
"Sendirian ngambil pesenannya, Dy?" Marcell berbasa-basi.
"Berdua sama bayangan gue, Cell. Udah jelas-jelas ini sendirian," cibir Jordy.
Cowok dengan kulit sawo matang itu terkekeh sambil menenteng beberapa kotak nasi untuk ditaruh di taman rumah ini.
"Ada yang bisa dibantu?" Dari kejauhan, Della berjalan mendekat ke arah mereka berdua dengan gaya gemulainya.
"Nggak kok, udah selesai," tolak Marcell.
"Arvin mana, Del?" Jordy bertanya, menyadari sang pemilik rumah tidak terlihat.
"Tadi dipanggil nyokapnya ke lantai dua," jawabnya. "Btw, lo seneng nggak sama acara seneng-seneng kita ini, Dy?"
Jordy sempat berpikir, "Seru sih, tapi belum terlalu kelihatan ngumpul bersatu gitu."
"Maksudnya?" Della bingung.
"Hmmm, anak cewek sama cowok sibuk sama kegiatan masing-masing." Jordy memerhatikan sekitarnya, seperti perkumpulan biasa. "Kenapa kita gak coba game? Rumah ini luas banget."
"Nanti kita juga mau main kok," sahut Marcell. "Truth or dare."
"Betul! Itu seru banget, pasti nanti ada yang ditantang nyebur ke kolam dan akhirnya semua cowok berendem," seru Della antusias.
Langit sudah mulai menggelap, rumah Arvin semakin ramai karena Irsyad memutar sebuah lagu dari speaker. Semua orang bersorak heboh, berloncatan layaknya berada di sebuah konser musik. Awalnya Jordy merasa tidak ada yang spesial di sini. Namun, dugaan Jordy ternyata salah, mereka tampak sangat dekat.
"Gimana sekarang masih ngerasa kurang dekat nggak, Dy?" Daritadi entah mengapa Marcell selalu berada di dekatnya dan mengajak bicara, padahal mereka berbeda jurusan dan hanya sesekali bertegur sapa di sekolah.
"Berasa di diskotik lagunya begini. Tinggal ngundang DJ aja," ucap Arvin agak keras.
"Lo request ke Arvin buat pertemuan selanjutnya, pasti bakal diturutin."
"Gila lo!"
Jordy nggak heran, keluarga Arvin memang terlihat lebih dari cukup bahkan semua fasilitas yang ada di sini tanpa dipungut biaya apa pun. Belum lagi, nasi yang tadi diambil bukan dari tempat makan biasa.
"Gue denger-denger lo duduk sama Yumna?" Jordy lantas menghadap badannya ke arah Marcell mendengar pertanyaan itu, pertanyaan yang menarik di tengah keramaian ini.
"Iya, gue denger-denger juga lo salah satu yang ditolak?"
Marcell mengeluarkan senyum masamnya, "Sialan lo buka luka lama."
"Tapi sekarang udah bahagia sama adik kelas, kan?"
"Anjir, kok lo tau padahal baru beberapa bulan di Mentari."
KAMU SEDANG MEMBACA
N O R M A L ✓
Teen Fiction[LENGKAP] Yumna itu cewek cantik dan pintar dari SMA Mentari. Beberapa cowok pun berusaha mendekat, tetapi hatinya sudah sekeras batu yang nggak mudah dilunakin begitu saja. Akhirnya, semua orang menyebutnya 'Tidak normal', hanya karena dirinya yang...
