Udara yang terasa dingin mengusik tidur lelap Jordy yang belum ada tiga jam. Cowok itu mengambil selimutnya lalu membungkus tubuh di sana. Samar-samar ia mendengar gemiricik hujan di luar, pantas saja membuat suhu di ruangan ini turun. Jordy hendak melanjutkan mimpi indahnya, tetapi sudah tidak bisa lagi. Dia memang selalu seperti itu jika ada sesuatu yang membuat dirinya terbangun, maka ia tidak bisa tidur lagi.
Setelah melihat kondisi Yumna yang mulai membaik dan mulai memakan pesanannya semalam, cowok itu memutuskan untuk pulang. Ia tidak langsung mengistirahatkan diri sampai sekitar pukul empat pagi, karena otaknya terus memikirkan maksud perkataan yang keluar dari mulut laki-laki yang bersama Yumna semalam.
"Papa pergi karena keegosian lo."
Pergi ke mana maksudnya? Keegosian Yumna yang seperti apa? Ah, Jordy kembali mengingat Yumna lagi.
Matanya telah benar-benar terbuka sempurna. Dia teringat beberapa kejadian di mana Yumna seperti orang yang mengalami trauma berat. Yumna bukan gadis nggak normal seperti kata orang, menurutnya Yumna itu gadis yang penuh misteri. Hal yang bikin heran, kenapa dirinya selalu melihat kelemahan-kelemahan gadis itu?
Tangannya mulai mengetikan sebuah pesan untuk cewek itu dengan keadaan yang masih tiduran. Entah akan dibalas atau tidak, yang penting sudah usaha untuk peduli.
Jordy membuka pesan yang ada di grup obrolan bersama Arvin dan kawan-kawan. Sangat ramai, bahkan semua berbondong-bondong menandai dirinya agar segera muncul.
"Ah ternyata pengen lari pagi, tapi syukur deh ujan," gumam Jordy sambil membaca terus pesan-pesan yang ia lewatkan semalam.
"Ke rumah Arvin aja?" ucap Jordy membaca ide dari Reno. Setelahnya ia melihat yang lain setuju dengan ide tersebut dan menandai dirinya.
Cowok itu tampak berpikir, sebelum akhirnya mengetik, "Share loc, Vin."
Pukul sepuluh pagi, hujan telah berhenti. Jordy berjalan ke stasiun dekat rumahnya untuk menuju rumah Arvin melalui kereta. Tadi sempat izin ke Papi untuk pakai mobil, tapi dilarangnya. Untung saja cowok itu pernah berkeliling dengan kendaraan umum di Jakarta sehingga tidak terlalu bingung.
Saat sudah di dalam kereta, ponselnya berbunyi. Matanya terbelalak melihat notifikasi pesan masuk dari orang yang biasanya nggak pernah membalasnya.
Yumna: Membaik, ini udh mau plg.
Jordy: Syukurlah, hati-hati.
Jordy nggak bisa tahan senyumnya saat membaca pesan singkat dari Yumna. Tidak ada hawa dingin kayak biasanya setiap mereka bicara. Apa tandanya gadis jutek itu sudah mau menerimanya sebagai teman?
Semoga saja.
***
"Key, gue mau terbuka sama lo karena apa?" tanya Yumna. Pagi ini ia tengah menikmati nasi uduk di kantin rumah sakit sebelum membereskan barang-barang Arra yang akan pulang sekitar jam sepuluh nanti. Sementara di luar hujan membasahi.
"Waktu mama dan adik dateng ke rumah tante lo. Lo mau ikut pulang, tapi nggak boleh," jawab Key yang bikin Yumna mengangguk.
Sebenarnya Yumna nggak pernah lupa kejadian itu dan berakhir dia yang menangis di pelukan Key. Hal itu sama persis dengan kejadian semalam bersama Jordy. Bedanya kali ini Yumna merasa lebih malu dari sebelumnya.
"Kenapa?" heran Key, nggak biasanya Yumna bertanya tentang kejadian di masa lalu.
"Nggak. Makasih udah ada untuk saat itu dan sekarang." Yumna mengaduk-aduk makanannya, mengalihkan pandangannya dari Key.
KAMU SEDANG MEMBACA
N O R M A L ✓
Roman pour Adolescents[LENGKAP] Yumna itu cewek cantik dan pintar dari SMA Mentari. Beberapa cowok pun berusaha mendekat, tetapi hatinya sudah sekeras batu yang nggak mudah dilunakin begitu saja. Akhirnya, semua orang menyebutnya 'Tidak normal', hanya karena dirinya yang...