23. Kelemahan yang Kesekian

308 70 5
                                        

Yumna menjalani hidup seperti biasa, sekolah, paruh waktu, memasak di rumah, mengerjakan tugas, belajar, pergi dengan Key sesekali. Sangat padat memang, tetapi Yumna menikmati masa-masa ini. Di kesibukannya itu membuat Yumna nggak teringat dengan hal yang aneh-aneh lagi. Dia beruntung sudah dapat mencari uang sendiri --meski Mama masih memberi uang bulanan. Hitung-hitung tabungan untuk dirinya sendiri ke depan.

Bel pergantian pelajaran terdengar, teman-temannya langsung berhamburan ke luar karena sekarang saatnya olahraga. Yumna masih di tempatnya, menunggu sampai yang lain turun ke lapangan barulah ia berganti pakaian seperti biasa. Bedanya, kali ini ia tak sendiri. Imelda pura-pura masih sibuk saat Clara mengajak untuk berganti pakaian, padahal Yumna yakin Imelda ikut menunggunya.

Beberapa menit setelah itu, kelas sudah benar-benar kosong. Temannya sudah berada di bawah.

"Yuk," ajak Imelda.

Yumna mengangguk, kemudian mengekor Imelda ke kamar mandi. Ada hal baik ternyata setelah ia tidak duduk dengan Jordy. Imelda membuktikan ucapannya untuk berteman dengan Yumna. Walaupun belum seakrab itu, mereka sudah sering berbicara sekarang. Imelda cukup menyenangkan.

Mereka berpisah saat sudah di lapangan, Imelda bergabung dengan temannya yang lain. Cewek itu juga nggak pernah memaksa Yumna untuk bergabung dengan yang lain dengan alasan, 'malas ribut'. Yumna memilih baris di bagian paling ujung belakang.

"Hai." Yumna memalingkan wajah ke arah lain. Entah darimana, tapi Jordy sudah ada di sampingnya. Memang tidak jelas.

"Semuanya perhatikan," seruan dari gurunya menyelamatkan Yumna dari tingkah aneh Jordy. "Baju renang sekolah ada di loker masing-masing, kan?"

Tidak! Yumna tidak merasa sedang diselamatkan. Apalagi saat mendengar seruan iya dari semua temannya. Di SMA Mentari memang mengharuskan siswanya untuk menyimpan barang-barang penting seperti baju renang dan juga gantinya.

Guru olahraganya sudah berubah, bukan Pak Rangga yang membolehkan Yumna izin dan diberi tugas tambahan. Yumna nggak tahu apakah alasannya tentang kulit yang alergi dengan air kaporit dapat diterima. Pak Rudi terlihat lebih tegas dan ribet dibanding Pak Rangga.

"Saya nggak bermaksud dadakan ke kolam, tapi Pak Wakil bilang ada dekorasi panggung buat Bulan Bahasa di lapangan ini," jelas Pak Rudi lagi.

"Izin aja, jangan dipaksa," bisik Jordy yang masih di sebelahnya. Mantan teman sebangkunya itu menyadari  tingkah lakunya yang gelisah. .

Yumna nggak jawab pertanyaan Jordy. Gadis itu justru memberanikan diri, mengangkat tangan.

"Ada apa?" sahut Pak Rudi yang bikin banyak teman sekelasnya menoleh ke Yumna.

"Biasa, Pak, dia mau ijin karena kulitnya alergi sama kolam. Lebay banget emang!" ungkap Tasya tanpa mengizinkan Yumna bicara terlebih dahulu.

"Iya, Pak. Masa dia selalu enak-enakkan di kelas di saat kita belajar? Jangan diizinin, Pak, kebiasaan," balas Chika. "Putri kerajaan banget, ya? Bisanya berenang di air premium."

"Kalo gitu saya juga mau izin, Pak. Nggak ada baju ganti," kata Della. "Biar saya juga bisa santai-santai sama putri kerajaan."

Suara-suara lain bersahutan menyuruh Pak Rudi agar tidak mengizinkan Yumna untuk bolos. Semua sindiran itu menohok buat Yumna. Ia menunduk, mengepal tangannya cukup kuat hingga kuku-kukunya memutih untuk menyalurkan kekuatan.

"Tenang-tenang, iya saya nggak mewajibkan kalian buat masuk kolam semua. Jika memang nggak bawa ganti atau alergi air boleh ke kolam aja, menyaksikan teman-teman yang lain." Pak Rudi menengahi dengan cukup bijak.

Teman-teman Yumna yang lain sudah tenang, tetapi masih ada yang mengganjal di benak Yumna.

"Lo bisa izin nggak enak badan, istirahat di UKS," gumam Jordy lagi. Matanya menatap lurus ke depan. "Ada sesuatu lain yang ganggu pikiran lo," lanjutnya entah sebuah pernyataan atau hanya tebakan, tetapi Yumna membenarkan ucapan itu.

N O R M A L ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang