45. Fakta

306 83 29
                                    

Kondisi Yumna perlahan membaik, gips yang dipasang di tangan kanannya sudah dilepas. Dia hanya perlu kontrol ke rumah sakit tiga bulan sekali. Di samping itu, terapinya juga tetap berjalan. Setiap akhir pekan gadis itu menemui psikiater yang membuat emosinya semakin stabil. Mama memintanya untuk mengundurkan diri dari bakery agar fokus pada pendidikan dan kesehatan saja. Yumna banyak menghabiskan waktu di rumah. Bermain dengan Arra atau mengobrol dengan Mama dan Bian.

Sebetulnya yang menjadikan kondisi Yumna membaik bukan hanya dokter-dokternya, tetapi juga dukungan dari keluarga

Ikatan yang telah lama ia cari dan paling dibutuhkan.

"Kita nggak mau foto bareng?" celetuk Imelda kepada teman sekelompok bahasa Indonesia-nya.

Mereka baru saja selesai ujian praktik Bahasa Indonesia yang menampilkan drama di aula utama sekolah. Busana yang dikenakan tidak sesederhana saat tampil di kelas. Para cowok menggunakan setelan jas dan yang cewek menggunakan gaun sederhana. Yumna sendiri memilih mengenakan kemeja putih yang dibalut maxi dress tanpa lengan, wajahnya sedikit dipoles oleh Clara membuatnya sedikit berbeda.

 Yumna sendiri memilih mengenakan kemeja putih yang dibalut maxi dress tanpa lengan, wajahnya sedikit dipoles oleh Clara membuatnya sedikit berbeda

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Boleh, yang lain juga lagi foto tuh." Hani membalas sambil memerhatikan kelompok lain yang eksis di depan kamera.

"Akhirnya ada yang ngajak foto! Yuk buruan, biar gak dipanggil-panggil yang lain." Clara yang mengalungkan kamera sejak tadi merasa kesal karena tugasnya hanya memotret orang lain, bukan kelompoknya sendiri.

Yumna yang sadar kecanggungan di kelompok ini karena dirinya akhirnya mengangguk tanpa ragu. Satya memanggil Reno yang menganggur untuk memotret mereka.

Hanya dua potretan karena mereka mati gaya. Setelah itu kembali ke kesibukan masing-masing. Yumna hanya duduk menyaksikan yang lain dalam diam. Meski tidak ada yang mengganggu lagi, Yumna belum cukup akrab dengan teman yang lain.

"Halo, Yumna!"

Jordy menghampirinya dengan ponsel yang mengaktifkan kamera depan mengarah ke mereka. Tombol merah yang menyala itu menyadarkan Yumna kalau Jordy sedang merekam.

"Apaan, sih?" kesalnya tapi nggak bergerak untuk menjauh.

"Kata mereka, buat kenang-kenangan." Jordy berlagak seolah-olah vlogger profesional yang menjelaskan kegiatannya hari ini. "Jadi menurut lo, lebih baik di-upload beneran nggak?" tanyanya.

"Nggak, siapa juga yang mau nonton video nggak jelas."

"Nanti thumbnail-nya muka ganteng gue lah biar pada tertarik."

Yumna mendengus, "Narsis!"

"Foto sama gue, yuk?" Jordy yang awalnya hanya memerhatikan Yumna dari ponsel kini beralih menatap gadis itu. Mengetahui Yumna tidak protes direkamnya itu membuat Jordy memberanikan diri untuk bertanya.

Yumna sempat berpikir, Jordy adalah teman dekatnya tapi mereka belum pernah foto berdua. "Video sama fotonya jangan diunggah ke mana-mana."

Jordy terkekeh, alih-alih mengatakan iya atau mau, Yumna malah memintanya tidak mengunggah. "Oke."

N O R M A L ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang