04 - HAVE TO EAT

6.2K 816 101
                                    

Sesuai dengan kesepakatan permainan, yang kalah harus mentraktir Echa. Jadilah sekarang mereka berlima kini sudah berada di salah satu Cafe yang letaknya berada tidak jauh dari taman.

Untungnya mereka memakai outfit yang pas untuk ke Cafe. Semua memakai celana jeans hitam dengan atasan yang berbeda-beda. Ravindra memakai atasan kaos hitam pendek, Arqian memakai hoodie biru tua, Rayden memakai kaos putih pendek dibalut jaket jeans hitam, dan Bastian memakai atasan kaos hoodie oversize-nya.

Rayden dengan cemberut membuka suara, “gue ditraktir juga dong, jangan Echa doang.”

“Enak aja, nggak.”

Rayden tambah cemberut dan beralih menatap Echa yang kini sudah menyandarkan kepalanya di bahu kanan Ravindra dengan tangan Ravindra yang terus mengelus kepalanya pelan.

“Cha, suruh mereka berdua traktir gue juga dong. Gue lupa bawa duit,” kata Rayden memelas.

Echa yang mendengar itu pun jadi mengalihkan pandangannya dari layar handphone. “Aji sama Deden ditraktir juga, kan mereka menang. Pelit banget, sih. Kalian nggak bakalan jadi misquin kalo cuma traktir kita bertiga doang mah.”

Arqian dan Bastian pun seketika mendengkus kesal mendengarnya. Sedangkan Rayden yang mendengar kalau dia dibela jadi tersenyum penuh kemenangan pada mereka.

“Udah, buru pesen,” suruh Arqian dengan nada kesal.

Ravindra yang sedari tadi hanya diam menyimak percakapan mereka sembari mengelus kepala Echa pun memanggil pelayan yang kebetulan melewati meja mereka.

“Mbak.”

Pelayan itu tampak berhenti melangkah. “Eh, iya? Ada yang bisa saya bantu?”

“Mau pesen, Mbak.”

Pandangan pelayan tersebut beralih menatap Echa yang barusan menyahut dengan senyuman.

“Mau pesen apa?” tanyanya tersenyum ramah.

“Mau pesen es krim rasa coklat satu, vanila coklat satu, rasa avocado coklat satu, sama stoberi coklatnya juga satu,” balas Echa yang membuat keempat sahabatnya langsung memberikan tatapan tak suka ke arahnya.

Echa yang ditatap seperti itu balik menatap mereka dengan wajah yang dibuat sok polos. “Kenapa? Kok natapnya gitu banget, hah?” tanyanya dengan memicingkan matanya yang membuat keempat sahabatnya jadi mendengkus bersamaan.

“Kebanyakkan atuh, Cha. Lokan belom makan siang, ini udah jam makan siang.”

“Udah kenyang.”

“Kenyang makan apaan lo? Makan angin?” tanya Rayden.

“Ih, ngapa pula jadi makan angin. Tadikan udah makan sama kalian di rumah,” balas Echa.

“Itukan sarapan, Echa. Kalo sekarang mah beda. Ini udah siang, jadinya makan siang,” ujar Arqian dengan nada gemas dan gregetnya.

“Nggak mau, ih. Mau es krim aja,” balas Echa tetap pada pendiriannya.

“Makan.” Kini Ravindra yang mengambil alih untuk menyuruh gadis itu agar makan nasi dan Echa yang mendengar itu jadi mau tak mau menurutinya. Echa kalau dengan Ravindra memang sedikit takut, pasalnya Ravindra kalau sudah marah terlihat sangat menyeramkan.

“Ya udah, iya. Pesen nasi ayam gepreknya juga, Mbak.”

Arqian, Rayden, dan Bastian jadi tertawa gemas melihat raut wajah Echa yang seakan tidak terima, tapi juga tidak bisa menolak.

“Lo pada pesen apa?” tanya Ravindra pada ketiga sahabatnya.

“Nasi ayam geprek aja semuanya, samain.”

Sequoia ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang