Hari ini adalah hari kedua perlombaan antar sekolah itu dilaksanakan. Lebih tepatnya lomba final yang akan menentukan siapa yang menjadi pemenangnya, baik lomba akademik maupun nonakademik.
Saat ini seorang gadis bertubuh kurus tinggi terlihat sedang berjalan menghampiri Echa yang sekarang sedang duduk dengan kedua tangan bertumpu di lutut yang gadis itu tekuk di pinggir lapangan seorang diri.
Gadis berpipi chubby yang kemarin memakai pakaian serba hitam itu, kini berganti mengikuti peraturan sekolah yang mewajibkan memakai baju seragam olahraga sekolah masing-masing.
“Vi,” panggil gadis yang lebih tinggi, dia yang tak lain adalah Lisa.
Sang empunya nama jadi menoleh ke samping, menatap sang pemanggil. “Hah?” sahutnya dengan menaikkan kedua alis sebagai respon.
“Bentar lagi gilirin voli putri tanding, disuruh pak ganteng kumpul,” jelas Lisa mengutarakan tujuannya menghampiri Echa. Pak ganteng yang dimaksud gadis itu adalah pak Bagas, guru olahraga dan pelatih di ekstrakurikuler voli.
Echa yang mengerti segera beranjak berdiri sembari memakai tas di bahu kanannya.
“Yok,” ajak Lisa dan Echa hanya mengangguk saja menanggapinya.
* * *
Daftar nama-nama sekolah yang menjadi pemenang sudah ada pada guru-guru perwakilan sekolah yang menjabat sebagai dewan juri.
Sekarang hanya tinggal voli putri dan basket putri saja yang belum tanding final. Semua pertandingan putra sudah selesai sedari tadi dan ketiga sekolah tersebut masing-masing mendapat perwakilan juara.
Juara satu lomba basket putra dimenangkan oleh SMA Merdeka, juara satu lomba futsal putra dimenangkan oleh SMA Pertiwi, dan juara satu lomba voli putra dimenangkan oleh SMA Garuda.
Ketiganya kebagian menjadi pemenang, tidak ada yang membantah dan memang pemenang sudah ditentukan tanpa bisa diganggu gugat.
Si gadis tomboy saat ini sedang kebingungan sendiri karena tim basketnya kekurangan satu orang dikarenakan satu orang yang kemarin ikut mengalami kecelakaan kecil yang membuatnya jadi keseleo dan tak bisa melanjutkan pertandingan.
Pemain cadangan? Pemain cadangan basket putri yang dianggap sang ketua bisa main dengan serius hanya ada beberapa orang saja.
Salah satu pemain cadangan itu sedang tidak bisa menggantikan dikarenakan dia tidak masuk sekolah, ada urusan keluarga. Sedangkan yang lainnya entah sekarang ada di mana, semuanya berpencar. Di hadapan sang ketua hanya ada satu gadis pemain cadangan, sedang berdebat dengan kapten basket putri yang tak lain adalah Levi.
“Kalo lo nggak terima karena nggak dipilih sama pak Sani buat ngewakilin sekolah basket putri, ya protesnya ke pak Sani sana. Ini lagi darurat, tim kurang satu orang. Giliran kemarin nggak dipilih ngamuk, sekarang giliran disuruh gantiin Sela nggak mau. Mau lo apa, sih?” omel Levi panjang lebar merasa sangat jengkel.
“Gue nggak mau karena sama aja sekarang kayak lo kalo lagi butuh sesuatu datengnya ke gue,” balas si empu yang terkena omelan itu, sebut saja Zara.
“What the—” Levi mengumpat tertahan dan tak habis pikir mendengarnya, sama halnya dengan ketiga gadis yang berdiri di sebelah si gadis tomboy itu.
“Woy, tugas pemain cadangan emang begitu. Kalo ada tim yang lagi tanding cedera atau kecapekan, ya diganti sama pemain cadangan. Kenapa? Nggak terima?” Levi menjeda ucapannya.
“Misal gue lagi butuh sesuatu, terus dateng ke lo secara pribadi, kita yang nggak terlalu akrab, terus tiba-tiba gue nge-chat lo minta tolong. Itu baru definisinya dateng pas lagi butuh doang. But, ini tim. Bisa bedain tim sama pribadi?”

KAMU SEDANG MEMBACA
Sequoia ✔
Teen Fictionೃ⁀➷ ••• Menceritakan kehidupan seorang gadis yang bernama Alvia Decha Arzukna. Gadis yang biasanya dipanggil Echa oleh orang terdekatnya. Dia gadis cantik kelebihan imut, manja, terkadang polos sedikit bego, berpipi tembam menggemaskan, tapi juga b...