17 - NEW STUDENT

3.9K 506 52
                                    

Segerombolan pemuda berjaket khusus geng motor dengan diiringi suara deruman motor saling bersahut-sahutan memasuki area parkiran sekolah SMA Merdeka. Pemilik motor yang siapa lagi kalau bukan Althaf beserta para anggota geng Warrior lainnya.

Kedatangan mereka semua seketika menjadi pusat perhatian siswa-siswi yang masih berada di parkiran. Tak heran juga, geng Warrior sendiri dianggap sebagai tempat berkumpulnya para pemuda tampan yang dapat memikat hati kaum perempuan.

Memarkirkan motor masing-masing di parkiran khusus untuk geng mereka yang lumayan banyak itu. Saat ini mereka tidak langsung masuk ke dalam kelas, melainkan masih tetap duduk di atas motor sembari berbincang-bincang sampai menunggu bel masuk berbunyi.

“Katanya nanti bakalan ada murid baru, ya?” tanya Arga tiba-tiba.

Fadhil mengangguk membenarkan. “Iya, gue juga sempet denger dari yang lain.”

Seriously? Cewek apa cowok?” tanya Gavin antusias.

“Entah, nggak tau juga.” Fadhil mengangkat bahu acuh.

Gavin mengernyit tak setuju. “Kok nggak tau, lho?”

“Ya karena emang gue nggak tau,” sahut Fadhil dan Gavin jadi berdecak mendengarnya.

“Ngasih informasi kok setengah-setengah.”

“Lo mau gue tonjok? Gue cuma denger dari orang-orang, katanya nanti bakal ada murid baru. Ya mana gue tau tuh murid baru cewek apa cowok.”

“Udah, ah. Ribet banget perkara cewek cowok doang,” sela Arga menengahi. Sedangkan Althaf dan Arjuna hanya menatap mereka malas.

* * *

Sedangkan di depan gerbang hitam rumah Echa, sudah ada keempat sahabat gadis itu yang duduk anteng di atas motor masing-masing. Keempatnya saat ini sedang menunggu Echa yang sekarang masih bersiap-siap untuk berangkat ke sekolah barunya.

Ya, hampir seminggu berlalu setelah hari di mana Echa dikeluarkan dari sekolah, sekarang Echa sudah didaftarkan sekolah kembali oleh papanya di sekolah milik pamannya sendiri. Sekolah yang dulunya tidak mau dia datangi, kini malah menjadi sekolah baru untuknya.

Serta tak lupa pula, Echa sempat mendapatkan omelan dari sang papa karena dikeluarkan dari sekolah.

Echa yang baru memakai seragam lengkap putih abu-abu dengan lambang sekolah barunya, berlari kecil menghampiri keempat sahabatnya berada. Belum memakai sepatu, masih memakai sendal rumahan, rambut yang terlihat belum disisir karena masih basah, baju yang belum dimasukkan ke dalam rok, dan dasi di tangannya yang belum terpasang di lehernya.

“Kalian berangkat duluan aja deh, guekan ada motor sendiri. Nanti kalian malah telat kalo mau nganterin gue dulu. Gue juga masih anak baru, jadinya nggak bakal dihukum kalo datang telat mah.”

“Santai kali, Cha. Udah biasa juga.”

“Iya tuh, ayo sama kita aja. Nggak usah bawa motor dulu,” sambung Ravindra menyetujui ucapan Arqian.

“Lo juga, sih. Udah tau mau sekolah, malah bangun kesiangan.” Rayden menyalahkan si gadis.

“Guekan lupa. Lo mah, ah. Gue kira juga hari ini masih hari minggu,” ungkap Echa menabok lengan Rayden tak santai. Kemudian tangannya bergerak mengulurkan dasi pada pemuda itu, bermaksud menyuruh untuk memasangkannya dasi.

Rayden menerimanya dengan alis terangkat, lalu bertanya, “apa?”

“Pasangin,” jawab Echa yang membuat Rayden menarik tangannya untuk mendekat.

Sequoia ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang