Lisa menaruh nampan berisi makanan yang mereka pesan tadi di atas meja, disusul seorang pemuda yang juga ikut menaruh nampan yang dibawanya itu ke meja mereka.
Pemuda itu Reinal Juliansyah namanya, salah satu sahabat Fahmi.
“Thanks, Bro,” ujar Lisa menepuk bahu Reinal yang membuat pemuda itu jadi mendengkus kesal dibuatnya.
“Nggak lagi-lagi gue godain lo kalo ujung-ujungnya disuruh jadi babu pengantar makanan.”
Lisa tertawa mendengarnya, “Harus ikhlas dong, biar jadi berkah, dapet pahala.”
“Bodo.”
Echa yang sedari tadi hanya menyimak sembari menatap Reinal, kini angkat bicara, ”makasih, ya.”
Reinal balik menatap gadis yang baru saja berbicara itu. “Woah, cakep!” serunya tanpa sadar. Dia mengelap tangan kanannya di bajunya sendiri, lalu setelahnya dia menyodorkan tangan kanan itu pada Echa.
“Kenalin, gue Reinal Juliansyah, cowok terganteng di SMA Merdeka.”
“Pede gila,” cibir Renifa, Lisa, dan Levi berbarengan, tapi tak dihiraukan oleh Reinal.
Echa menyambut tangan Reinal dengan senyuman kaku di bibirnya. “Alvia Decha Arzukna. Panggil Alvia atau nggak, Echa juga boleh.”
Fahmi tiba-tiba datang menghampiri dan menyuruh Echa agar segera makan yang membuat gadis itu jadi menatapnya.
“Makan, maseh.”
Saat Echa dan yang lain sudah fokus dengan makanannya, Fahmi menatap Reinal seolah mengisyaratkan pemuda itu untuk kembali ke tempat duduknya.
“Balik,” suruhnya.
Reinal mengangkat kedua tangannya. “Oke, gue balik,” balas pemuda itu segera berlalu pergi menuju mejanya berada dan dia langsung duduk di hadapan satu pemuda yang tengah tertawa, sepertinya tengah mentertawakan dirinya.
“Mampus,” ejek pemuda itu yang tak lain adalah sahabatnya sendiri, Rendy Alamsyah namanya.
“Mimpis,” cibir Reinal.
Echa mendongakkan kepala menatap Fahmi yang berdiri di sisi kanannya. “Lo mau duduk di sini?”
Fahmi menggeleng.
“Terus, duduk di mana?” tanya Echa, lagi.
“Tuh.” Fahmi menunjuk meja yang berada tidak jauh dari meja mereka yang sudah terdapat Reinal dan Rendy di sana.
“Gue ke sana dulu, ya.”
Echa hanya mengangguk singkat dengan senyuman menganggapinya. Tiba-tiba saja Fahmi sedikit membungkukkan tubuhnya tepat di sebelah kanan Echa.
“Makan yang banyak, biar pipi lo tambah gembul, ya, mbul,” bisik pemuda itu, lalu mencubit pipi tembam Echa sekilas, dan segera berlalu pergi meninggalkan Echa yang kini jadi mengerutkan dahi mendengarnya.
* * *
“Panas nggak, Al?” tanya Gavin menaik-turunkan kedua alisnya menggoda Althaf.
“Banget,” jawab Althaf tanpa sadar dengan mata yang tetap fokus menatap gadis berpipi tembam, Echa.
Saat sadar apa yang dia ucapkan, Althaf refleks menatap Gavin yang kini sudah tertawa terbahak-bahak.
“Si tai, gue dikerjain,” gumamnya mengumpat.
“MAKANAN DATANG, KAKA.” Fadhil datang membawa nampan berisi nasi goreng, diikuti salah satu anggota geng mereka yang juga membawa nampan berisikan lima es teh manis itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sequoia ✔
Teen Fictionೃ⁀➷ ••• Menceritakan kehidupan seorang gadis yang bernama Alvia Decha Arzukna. Gadis yang biasanya dipanggil Echa oleh orang terdekatnya. Dia gadis cantik kelebihan imut, manja, terkadang polos sedikit bego, berpipi tembam menggemaskan, tapi juga b...